Begini Sejarah Penetapan Hari Pahlawan yang Diambil Soekarno dari Pertempuran Surabaya

Penulis: Restu Wahyuning Asih
Editor: Melia Istighfaroh
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pemuda menyerbu Hotel Yamato dalam rekonstruksi peristiwa perobekan bendera merah putih biru pada 19 September 1945 di Jalan Tunjungan, Kota Surabaya, Jawa Timur, Senin (19/9). Perobekan bendera tersebut merupakan awal perjuangan pemuda Surabaya mempertahankan kemerdekaan. Puncaknya adalah ultimatum oleh Sekutu pada 10 November 1945 yang berakhir dengan pertempuran besar dan diperingati sebagai Hari Pahlawan.(Kompas/ Bahana Patria Gupta)

Sebagai perwakilan RI dia berunding dengan Mr. Ploegman dan kawan-kawannya dan meminta agar bendera Belanda segera diturunkan dari gedung Hotel Yamato.

Dalam perundingan ini Ploegman menolak untuk menurunkan bendera Belanda.

Perundingan berlangsung memanas, Ploegman mengeluarkan pistol, dan terjadilah perkelahian dalam ruang perundingan.

Ploegman tewas dicekik oleh Sidik, yang kemudian juga tewas oleh tentara Belanda yang berjaga-jaga dan mendengar letusan pistol Ploegman.

Sementara Soedirman dan Hariyono melarikan diri ke luar Hotel Yamato.

Sebagian pemuda berebut naik ke atas hotel untuk menurunkan bendera Belanda.

Hariyono yang semula bersama Soedirman kembali ke dalam hotel dan terlibat dalam pemanjatan tiang bendera dan bersama Koesno Wibowo berhasil menurunkan bendera Belanda, merobek bagian birunya.

Mereka pun mengereknya ke puncak tiang bendera kembali sebagai bendera Merah Putih.

Pemuda menyerbu Hotel Yamato dalam rekonstruksi peristiwa perobekan bendera merah putih biru pada 19 September 1945 di Jalan Tunjungan, Kota Surabaya, Jawa Timur, Senin (19/9). Perobekan bendera tersebut merupakan awal perjuangan pemuda Surabaya mempertahankan kemerdekaan. Puncaknya adalah ultimatum oleh Sekutu pada 10 November 1945 yang berakhir dengan pertempuran besar dan diperingati sebagai Hari Pahlawan.(Kompas/ Bahana Patria Gupta) ((Kompas/ Bahana Patria Gupta))

Setelah insiden di Hotel Yamato tersebut, pada tanggal 27 Oktober 1945 meletuslah pertempuran pertama antara Indonesia melawan tentara Inggris.

Serangan-serangan kecil tersebut di kemudian hari berubah menjadi serangan umum yang banyak memakan korban jiwa.

Akhirnya Jenderal D.C. Hawthorn meminta bantuan Presiden Sukarno untuk meredakan situasi.

Terjadilah genjatan senjata antara Indonesia dan Inggris yang ditandatangani pada 29 Oktober 1945.

Bentrokan-bentrokan bersenjata di Surabaya tersebut memuncak dengan terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby pada 30 Oktober 1945 sekitar pukul 20.30.

Mobil Buick yang ditumpangi Brigadir Jenderal Mallaby berpapasan dengan sekelompok milisi Indonesia ketika akan melewati Jembatan Merah.

Kesalahpahaman menyebabkan terjadinya tembak menembak yang berakhir dengan tewasnya Brigadir Jenderal Mallaby oleh tembakan pistol seorang pemuda Indonesia.

Kemudian, terbakarnya mobil tersebut karena terkena ledakan granat menyebabkan jenazah Mallaby sulit dikenali.

Kematian Mallaby ini menyebabkan pihak Inggris marah kepada pihak Indonesia dan berakibat pada keputusan pengganti Mallaby, Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh untuk mengeluarkan ultimatum 10 November 1945 untuk meminta pihak Indonesia menyerahkan persenjataan dan menghentikan perlawanan pada tentara AFNEI dan administrasi NICA.

Pertempuran besar pun terjadi pada 10 November 1945 yang menyebabkan ribuan pahlawan Indonesia tewas.

(TribunnewsWiki.com/Restu)



Penulis: Restu Wahyuning Asih
Editor: Melia Istighfaroh
BERITA TERKAIT

Berita Populer