Macron mentweet dalam tiga bahasa, Prancis, Inggris dan Arab.
“Kami menghormati semua perbedaan dalam semangat perdamaian. Kami tidak akan pernah menerima perkataan yang mendorong kebencian dan kami membela perdebatan yang masuk akal."
"Kita akan lanjutkan. Kami selalu berpihak pada martabat manusia dan nilai-nilai universal. ” tulis Macron di Twitter.
Sejak awal, saat baru kali pertama muncul karikatur penghinaan Nabi Muhammad SAW di majalah terbitan Prancis, Charlie Hebdo, tahun 2015 silam, Turki, Iran, Yordania, Kuwait, dan nyaris seluruh negara berpenduduk mayoritas Muslim sudah melancarkan protes.
Karikatur penghinaan itu juga memicu serangan teroris terhadap surat kabar satir pada tahun 2015 yang menewaskan 12 orang.
Namun, bukannya melarang hal-hal yang bisa membuat umat Islam marah karena agamanya dihina, -menggambarkan sosok Nabi Muhammad SAW adalah perbuatan terlarang dalam Islam, apalagi menggambar dengan tujuan menghina-, Macron justru menjamin bahwa penghinaan seperti itu dia jamin akan terus berlanjut, atas nama "kebebasan berekspresi'.
Macron justru mempersoalkan reaksi umat Islam dan bukannya mempersoalkan sumber awal penyebab masalah sensitif yang berkepanjangan di Prancis tersebut.
Malah, pekan kemarin, Macron kembali mengeluarkan pernyataan kontroversial yang menuding Islam sebagai "agama yang mengalami krisis di seluruh dunia saat ini."
Organisasi Kerjasama Islam juga mengecam saran dari pemimpin Prancis yang berisiko merusak hubungan Prancis-Muslim.
Di satu sisi, ia mengutuk semua tindakan teror atas nama agama, namun, publikasi lanjutan kartun penghujatan Nabi Muhammad SAW Macron jamin tetap berlanjut.
Umat Muslim juga marah dengan komentar Macron awal bulan ini bahwa Islam adalah "agama yang mengalami krisis di seluruh dunia saat ini".
Komentar itu dibuat ketika presiden Prancis mengumumkan undang-undang yang telah lama ditunggu-tunggu melawan separatisme yang bertujuan memerangi Islam radikal di Prancis, yang diharapkan akan diajukan ke parlemen Prancis pada bulan Desember.
Masjid universitas yang berpengaruh, al-Azhar di Kairo, Mesir, menggambarkan pernyataan Macron sebagai rasis.
Di Qatar, grup distribusi makanan tertentu mengumumkan bahwa mereka akan mengeluarkan produk Prancis dari toko mereka di masa mendatang.
Sementara itu, pekan budaya Prancis yang direncanakan di Universitas Qatar ditunda karena serangan yang disengaja terhadap Islam dan simbol-simbolnya.
Di Kuwait, keju Prancis - La Vache Qui Rit dan Babybel - telah dikeluarkan dari beberapa toko.
Sekitar 430 agen perjalanan Kuwait dilaporkan telah menangguhkan reservasi untuk penerbangan ke Prancis.
Pakistan juga mengkritik Prancis pada hari Minggu, dengan perdana menteri, Imran Khan, menuduh Macron menyerang Islam dengan mendorong publikasi karikatur Nabi Muhammad SAW.
Masood Khan, Presiden Azad Kashmir yang dikelola Pakistan, men-tweet: