Nyaris seluruh negara di kawasan Timur Tengah dan Asia, yang berpenduduk mayoritas Muslim, mengecam dan mengutuk seruan Macron.
Diprakarsai Turki, seruan memboikot produk-produk asal Prancis mengilhami negara-negara Islam berpartisipasi dalam boikot tersebut.
Seruan Macron ini sebagai reaksi atas terbunuhnya seorang guru dengan cara dipenggal kepalanya oleh mantan siswanya setelah guru pria tersebut memperlihatkan karikatur penghinaan Nabi Muhammad SAW kepada siswanya.
Prancis telah mengimbau pemerintah asing untuk membasmi seruan dengan apa yang disebutnya sebagai "minoritas radikal" untuk memboikot produk Prancis setelah dukungan publik Macron terhadap karikatur Nabi Muhammad SAW.
Seruan itu muncul ketika kemarahan meningkat di seluruh dunia Islam atas pernyataan Macron sebagai penghormatan nasional kepada guru sekolah menengah yang terbunuh, Samuel Paty, minggu lalu.
Baca: Hubungan dengan Emmanuel Macron Memanas, Presiden Erdogan Minta Warga Turki Boikot Produk Prancis
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdoğan, menyerukan pada hari Senin untuk boikot total produk Prancis di Turki, dikutip The Guardian, Senin (26/10/2020).
Paty (47) terbunuh setelah dia menunjukkan gambar nabi di kelasnya selama debat tentang kebebasan berbicara.
Macron berjanji Prancis tidak akan melarang penghinaan Nabi Muhammad SAW dalam bentuk karikatur.
Baca: Emmanuel Macron Sebut Islam Agama Krisis, Negara Arab Ramai-ramai Boikot Produk Prancis
Macron berlindung di balik upaya kebebasan berekspresi yang mesti dijaganya di negara sekuler seperti Prancis.
Namun, seperti kebanyakan pemimpin negara di Uni Eropa yang mengagungkan kebebasan berekspresi, namun jangan harap kebebasan berekspresi itu bisa juga dilakukan pada isu holocaust, Yahudi, atau Israel.
Jangankan membuat karikatur penghinaan terhadap isu-isu yang berkaitan dengan anti-Semit, mempertanyakan satu saja di antaranya, akan ditindak tegas.
Sikap mendua dan ambivalen yang nyata dari Macron sehingga memunculkan dugaan Macron juga mengidap Islamofobia
Dalam pernyataan yang tegas, kementerian luar negeri Prancis menuntut seruan boikot produknya dan protes yang terkadang penuh kebencian terhadap negara itu harus diakhiri.
Baca: Emmanuel Macron
"Seruan ini mendistorsi posisi yang dipertahankan oleh Prancis demi kebebasan hati nurani, kebebasan berekspresi, kebebasan beragama, dan penolakan setiap panggilan untuk kebencian," bunyi pernyataan itu.
“Akibatnya, seruan untuk boikot tidak ada gunanya dan harus segera dihentikan, seperti semua serangan terhadap negara kita, yang dilakukan oleh minoritas radikal.”
Pernyataan itu menambahkan:
“Para menteri dan seluruh jaringan diplomatik kami sepenuhnya dimobilisasi untuk mengingatkan dan menjelaskan kepada mitra kami posisi Prancis, terutama yang berkaitan dengan kebebasan fundamental dan penolakan kebencian, untuk menyerukan kepada otoritas negara terkait untuk memisahkan diri dari setiap seruan untuk boikot atau serangan apa pun terhadap negara kita, untuk mendukung perusahaan kita dan untuk memastikan keselamatan rekan kita di luar negeri.”
Baca: Erdogan Minta Macron Periksa Kesehatan Mental, Prancis: Komentar Presiden Turki Tak Bisa Diterima
Pada hari Minggu, setelah protes di mana foto Macron dibakar dan Erdogan menyarankan agar Macron segera memeriksakan kesehatan mentalnya, Macron mengeluarkan pernyataan melalui Twitter.
“Sejarah kami adalah salah satu pertempuran melawan tirani dan fanatakisme. Kami akan melanjutkan.”