Gelombang Kedua Covid-19, PM Spanyol Umumkan Negaranya dalam Kondisi Darurat

Penulis: Dinar Fitra Maghiszha
Editor: Ekarista Rahmawati Putri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

FOTO: Orang-orang yang sedang memakai masker berswafoto di depan patung Meninas (Ladies in waiting) di Madrid, pada 23 Oktober 2020.

Seperti diketahui, angka jumlah infeksi Covid-19 di Spanyol menjadi yang tertinggi di Eropa Barat.

Jumlah total meningkat sebesar 1,046,132 kasus dengan rata-rata kematian mencapai 38,000 pada Jumat (23/10/2020).

Sementara itu, wilayah Catalonia pada Jumat (23/10) menegaskan akan memberlakukan jam malam di seluruh wilayah, termasuk Barcelona segera setelah adanya tindakan dari pemerintah pusat.

"Kami butuh adanya desentralisasi kebijakan darurat di mana pemerintah Catalan bisa melakukan manajemen sendiri," kata Wakil Pemimpin Catalan, Pere Aragones dalam rilis media, dilansir Reuters, Sabtu (24/10/2020).

"Baik usaha kita maupun naiknya angka Covid-19, perubahannya begitu mengkhawatirkan", ujarnya.

Baca: 5 Sosok Anak Perempuan yang Sangat Inspiratif dalam Tayangan Netflix, Patut Ditiru!

Baca: Bertarung dengan Dollar AS, China Tingkatkan Fleksibilitas Mata Uang Yuan

Di lain hal, sejumlah daerah mempertimbangkan untuk memberlakukan jam malam dengan cara alternatif seperti meminta adanya putusan pengadilan, jika pemerintah pusat lamban bertindak.

"Kami tidak dapat menunggu lebih lama lagi dan kami harus mengambil langkah segera," kata Pemimpin Wilayah Murcia, Fernando Lopez Miras, kepada televisi lokal Spanyol, Sabtu (24/10/2020).

"Jika pemerintah pusat tidak melakukan apa-apa, maka kami akan tetap memberlakukan jam malam," tambahnya.

Di lain hal, meski mendukung jam malam, PM Spanyol menolak adanya lockdown kembali.

Namun demikian, dirinya meminta warganya untuk kurangi mobilitas.

Ia menyebut akan menerbitkan sejumlah aturan agar warganya bisa tertib dalam melakukan kegiatan sosial.

Langkah ini merupakan strategi Pedro agar tidak mengeluarkan kebijakan lockdown kembali, dilansir Reuters, Jumat (23/10/2020).

Baca: Jumlah Halaman UU Cipta Kerja Kembali Berubah, Presiden KSPI: Sangat Memalukan

Baca: Korea Utara: Badai Debu dari China Bisa Tularkan Covid-19

Seperti diketahui, Spanyol menjadi negara pertama di Eropa Barat yang mencatat lebih dari 1 juta infeksi Covid-19 yang dikonfirmasi minggu ini.

Saat ini, 'Negeri Matador' ini sedang berjuang untuk menahan naiknya angka tersebut.

Negara berpenduduk 47 juta jiwa itu termasuk yang paling terpukul oleh pandemi COVID-19, dengan lebih dari 34.000 kematian terkait Covid-19.

Sebelumnya virus sempat terkendali karena mereka melakukan penguncian nasional (lockdown) pada musim semi lalu. Namun beberapa bulan setelah pembatasan itu dicabut dan warga mulai bergerak dan bersosialisasi, virus mulai menyebar lagi.

Saat ini Spanyol mencatat jumlah infeksi yang tertinggi di Uni Eropa

Pada September, rumah sakit di Madrid mulai terisi penuh.

Kasus yang dikonfirmasi naik melampaui angka 1 juta pada hari Rabu (21/10/2020), ketika hampir 17.000 infeksi baru ditambahkan.

Para ahli mengatakan jumlah sebenarnya mungkin jauh lebih tinggi karena adanya kasus tanpa gejala dan masalah-masalah lain yang menghalangi pihak berwenang untuk mencatat angka sebenarnya dari wabah tersebut.

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Dinar Fitra Maghiszha)



Penulis: Dinar Fitra Maghiszha
Editor: Ekarista Rahmawati Putri
BERITA TERKAIT

Berita Populer