Tercatat, uskup-uskup dari Afrika, Amerika Serikat, Amerika Latin, hingga Filipina secara serentak menyatakan penolakannya atas pernyataan dukungan Paus Fransiskus terhadap kaum gay.
Beberapa hari lalu, Paus Fransiskus menyatakan dukungannya terhadap kaum gay dalam sebuah film dokumenter.
"Orang homoseksual memiliki hak untuk berada dalam sebuah keluarga," kata Paus yang berusia 83 tahun dalam film Francesco, sebuah film dokumenter yang baru dirilis.
"Mereka adalah anak-anak Tuhan dan memiliki hak untuk berkeluarga. Tidak ada yang harus diusir atau dibuat sengsara karenanya."
Pernyataan Paus itu memperbaiki reputasinya sebagai Paus yang progresif.
Baca: Jadi Korban Hoax Terinfeksi Corona, Paus Fransiskus Akhirnya Muncul ke Publik: Saya Demam
Memang, bagi umat Katolik liberal dan muda, reformasi dalam bentuk apapun sudah lama disikapi "welcome".
Tetapi bagi umat Katolik konservatif di antara sekitar 1,2 miliar umat Katolik di seluruh dunia, kata-kata Fransiskus bagaikan 'gempa', dikutip Daily Mail, Kamis (22/10/2020).
Mereka mengancam perpecahan dengan menyatakan akan melepaskan diri dari Vatikan.
Pertentangan ini terutama muncul dari para uskup yang berasal dari Afrika.
Di Afrika, homoseksualitas memang dilarang di banyak negara.
Benua Afrika adalah rumah bagi hampir 200 juta umat Katolik dan Gereja yang tumbuh dengan kuat.
Antara 1980 dan 2012 (tahun terakhir yang datanya tersedia), jumlah umat Katolik di Afrika tumbuh sebesar 283 persen, dibandingkan dengan hanya 6 persen di Eropa (dengan 277 juta umat Katolik dan populasi lansia).
Para uskup di Afrika sebagian besar adalah otoritas sosial yang telah mengungkapkan perasaan mereka tentang homoseksualitas.
Ambil contoh kata-kata Kardinal Robert Sarah, dari Guinea, yang pada tahun 2015 menyatakan bahwa "homoseksual Barat dan ideologi aborsi, dan fanatisme Islam' pada abad ke-21 sama dengan binatang kembar dari ideologi Nazi dan komunis pada abad ke-20.
Dia tidak mungkin setuju dengan sikap baru Paus Fransiskus.
Konferensi Waligereja Nigeria juga tidak, yang tahun lalu memutuskan bahwa lesbian, gay, biseksual, transgender, dan queer (LGBTQ) adalah orientasi seksual yang tidak teratur yang tidak dapat diterima sebagai cara hidup normal.
Baca: Isu Paus Fransiskus Tak Terbukti, Vatikan Umumkan Kasus Pertama Corona, Infeksi Pasien Klinik
Nyatanya, kata-kata Paus telah memicu perselisihan sengit dan itu tidak hanya di Afrika.
Di Amerika Serikat, yang memiliki sekitar 51 juta umat Katolik, para pemimpin Gereja tidak membuang waktu untuk mengungkapkan perasaan mereka.
Uskup Thomas Tobin dari Providence, Rhode Island, Rabu (21/10/2020), mengatakan pernyataan Paus jelas-jelas bertentangan dengan apa yang telah lama diajarkan gereja tentang persatuan sesama jenis.