Tuding Joe Biden Hanya Untungkan China, Donald Trump Malah Ketahuan Punya Rekening di Negeri Panda

Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: Archieva Prisyta
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden AS Donald Trump berpidato dalam rapat umum untuk mendukung hukum dan ketertiban di Halaman Selatan Gedung Putih pada 10 Oktober 2020 di Washington, DC. Presiden Trump mengundang lebih dari dua ribu tamu untuk mendengarnya berbicara hanya seminggu setelah dia dirawat di rumah sakit karena COVID-19. (Samuel Corum / Getty Images / AFP)

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Presiden AS Donald Trump disebut memiliki rekening bank di China.

Diberitakan Kompas.com, Trump juga memiliki proyek bertahun-tahun di China.

Padahal Trump sempat menuding lawannya di Pilpres AS, Joe Biden, hanya akan perkuat China.

Berdasarkan laporan The Times, akun itu dikelola oleh Trump International Hotels Management, di mana mereka membayar pajak pada 2013 sampai 2015.

Berdasarkan juru bicaranya, mereka membuat rekening bank di sana untuk "mengeksplorasi potensi terkait kesepakatan hotel di Asia".

Laporan dari New York Times itu muncul setelah dalam beberapa hari terakhir, presiden 74 tahun itu menyerang Biden dan anaknya, Hunter.

Baca: Nekad Menggantung di Trump Tower, Pria dengan Pisau Terhunus Tuntut Bicara dengan Presiden dan Media

Dengan memakai masker, Presiden AS Donald Trump berjalan ke Marine One sebelum berangkat dari Halaman Selatan Gedung Putih di Washington, DC, 2 Oktober 2020, saat ia menuju ke Pusat Medis Militer Walter Reed, setelah dinyatakan positif Covid-19. Selama ini, Trump cenderung mengabaikan protokol kesehatan di setiap agendanya bahkan sering mengejek masker lawannya di Pilpres AS, Joe Biden, namun setelah positif covid-19, Trump selalu memakai masker. (SAUL LOEB / AFP)

Dalam tudingannya, Hunter akses sang ayah kepada Ukraina dan China ketika dia masih menjabat wakil presiden pada era Barack Obama.

Namun berdasarkan pemberitaan, petahana Presiden AS ini malah membangun kantor di "Negeri Panda" saat menjabat.

Dia disebut bekerja sama dengan perusahaan milik negara.

Disebutkan bahwa perusahaannya selama 2013-2015 membayar pajak kepada China sebesar 188.561 dollar AS, atau sekitar Rp 2,7 miliar.

Pengacara Trump Organization Alan Garten menyatakan, mereka membuka rekening itu dengan bank China yang membuka kantor di "Negeri Uncle Sam".

Kantornya tidak aktif

Presiden AS Donald Trump berbicara selama debat presiden pertama di Case Western Reserve University dan Cleveland Clinic di Cleveland, Ohio, Rabu (29/9/2020) waktu setempat. (SAUL LOEB / AFP) (SAUL LOEB / AFP)

Baca: Presiden AS Donald Trump: Makan Kentang Goreng McDonalds Bisa Atasi Kebotakan

Dilansir BBC dan AFP Rabu (21/10/2020), Garten menyebut tidak ada kesepakatan, transaksi, maupun kegiatan bisnis di kantor tersebut.

"Sejak 2015, kantor itu tidak aktif. Meski rekeningnya masih terbuka, tidak pernah digunakan untuk hal lain," jelas Garten, Si pengacara juga menyebut laporan dari New York Times "hanyalah spekulasi murni" dan mengeklaim hanyalah sebuah "asumsi yang tak benar".

Presiden dari Partai Republik tersebut mempunyai sejumlah bisnis, baik di AS maupun luar negeri. Setidaknya ada dua negara yang diketahui.

Yakni Irlandia dan Skotlandia di mana dia mempunyai padang golf. Selain itu, Trump juga mengelola jaringan botel bintang lima.

The Times memberitakan, presiden ke-45 dalam sejarah AS itu mempunyai rekening bank di Inggris, Irlandia, dan "Negeri Panda".

"Hentikan kebergantungan negara ini pada China"

Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat meninggalkan kampanye di Toledo Express Airport, Swanton, Ohio, pada 21 September 2020. (MANDEL NGAN / AFP)

Baca: Dinyatakan Sembuh dari Covid-19, Donald Trump Langsung Terbang ke Florida untuk Lanjutkan Kampanye

Pada Agustus, Trump menyatakan dia berinisiatif untuk memberikan kelonggaran pajak kepada perusahaan AS, dengan syarat mereka memindahkan perusahaannya dari China.

Dia juga mengancam bakal mencabut kontrak pemerintah dengan perusahaan yang masih mempekerjakan pegawai outsource dari "Negeri Panda".

Halaman
12


Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: Archieva Prisyta

Berita Populer