Azerbaijan Didukung Turki, Armenia Mulai Berpikir Minta Intervensi Rusia di Konflik Nagorno-Karabakh

Penulis: Haris Chaebar
Editor: Melia Istighfaroh
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto dari kiri ke kanan: Presiden Rusia Vladimir Putin, Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan, Presiden Republik Azerbaijan Ilham Aliyev, dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Dua negara bertetangga, Armenia vs Azerbaijan kini semakin intens dalam aksi saling serang.

Armenia dan Azerbaijan saling baku senjata karena memperebutkan wilayah kantong Nagorno-Karabakh, yang sudah menjadi tempat sengketa sejak 1988.

Dua negara bekas Uni Soviet itu hingga kini tak memiliki hubungan mesra, dan bahkan hal ini terbawa hingga urusan sosial di berbagai sendi kehidupan.

Misalnya ketika final turnamen sepak bola Liga Europa 2019 lalu, pemain Arsenal asal Armenia, Heinrikh Mkhitaryan terpaksa tidak membela timnya di final melawan Chelsea.

Hal ini karena tidak memperoleh izin masuk ke Baku, ibukota Azerbaijan yang menjadi venue final laga tersebut.

Hal tersebut terjadi lantaran hubungan Armenia dan Azerbaijan yang sangat kronik.

Di wilayah Nagorno-Karabakh sendiri, saat ini  didiami warga dari etnik Armenia dan minoritas Azeri.

Namun, mayoritas etnik Armenia memisahkan diri dari Azerbaijan dan keterlibatan negara Armenia pun membuat masalah Nagorno-Karabakh semakin kompleks.

Kedua negara sebenarnya pernah menyepakati gencatan senjata pada 1994, namun kini antara Armenia dan Azerbaijan kembali saling tuduh terkait pihak yang memulai pertempuran.

Konflik Armenia vs Azerbaijan pun negara lain, Turki hingga negara adidaya, Rusia.

Update pertempuran antara pasukan Azerbaijan dan Armenia memasuki hari keempat pada Rabu (30/9/2020), dalam letusan terbesar dari konflik mereka yang telah berlangsung selama puluhan tahun sejak gencatan senjata 1994.

Melansir pemberitaan Reuters, Azerbaijan dan Armenia mengatakan, ada serangan dari kedua belah pihak di beberapa arah di sepanjang garis kontak di Nagorno-Karabakh yang memisahkan kedua negara.

Baca: Pertempuran Tewaskan 59 Orang dan Ditegur Dewan Keamanan PBB: Armenia dan Azerbaijan Tolak Berdamai

Pertempuran telah menyebar jauh melampaui perbatasan di Nagorno-Karabakh, mengancam akan meluap menjadi perang habis-habisan antara bekas republik Soviet di Azerbaijan dan Armenia.

Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan, yang berbicara melalui telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Selasa (29/9/2020), menyatakan, saat ini dia tidak mempertimbangkan untuk meminta bantuan berdasarkan perjanjian keamanan pasca-Soviet. Tetapi, tidak menutup kemungkinan untuk melakukannya.

"Armenia akan memastikan keamanannya, dengan partisipasi dari Organisasi Traktat Keamanan Kolektif (CSTO) atau tanpa itu," kata Pashinyan seperti dikutip kantor berita Rusia, via laman Kontan berjudul Pertempuran dengan Azerbaijan kian sengit, Armenia mungkin minta bantuan Rusia.

Tangkapan layar video di situs web resmi Kementerian Pertahanan Armenia pada 27 September 2020, diduga menunjukkan penghancuran tank Azeri dan prajurit selama bentrokan antara separatis Armenia (Nagoro-Karabakh) dan Azerbaijan. (Handout / Armenian Defence Ministry / AFP)

Pashinyan mengatakan, dia dan Putin belum membahas kemungkinan intervensi militer Rusia dalam konflik Nagorno-Karabakh.

CSTO adalah aliansi militer yang ditandatangani pada 15 Mei 1992.

Enam negara bekas Soviet yakni Rusia, Armenia, Kazakhstan, Kirgizstan, Tajikistan, dan Uzbekistan yang menandatangani traktat tersebut.

Langkah apa pun untuk berperang habis-habisan dapat menyeret Rusia, yang juga merupakan sekutu dekat Azerbaijan.

Azerbaijan sendiri kini sudah mendapat dukungan resmi dari Turki, baik secara diplomatik maupun secara militer.

Halaman
123


Penulis: Haris Chaebar
Editor: Melia Istighfaroh
BERITA TERKAIT

Berita Populer