Dia langsung menang di balapan pembuka di Malaysia, tetapi gagal finis pada ronde berikutnya di Jepang.
Pada dua ronde selanjutnya, Spanyol dan Italia, dia berhasil menang.
Dia finis di posisi kedua di Austria, dan setelahnya terus menang dalam enam balapan berturut-turut.
Pesaing terdekatnya adalah pembalap Honda, Noburo Ueda, tetapi poinnya berselisih sangat jauh.
Pada balapan di Ceko, 31 Agustus 1997, dia berhasil mengunci gelar juara.
Saat itu, dia memiliki 261 poin dan tidak dapat dikejar Ueda meski masih ada tiga balapan tersisa.
Pada akhir musim, Rossi mengumpulkan 361 poin dan menjadi pembalap termuda yang menjuarai kelas 125 cc.
Dia kemudian pindah ke kelas 250 cc pada musim berikutnya, masih bersama Aprilia.
Baca: Pernah Jadi Musuh Besar, Kini Max Biaggi Justru Rindukan Rivalitasnya dengan Valentino Rossi
Dilansir dari GPOne.com, ketika diwawancarai BT Sport, pembalap Italia ini mengungkapkan tiga kemenangannya yang paling berkesan dan terbaik.
"Tiga terbaik adalah: Welkom 2004 - kemenangan pertama bersama Yamaha, Laguna Seca 2008 - ketika melawan Stoner, Barcelona 2009 - dengan bertempur sampai tikungan terakhir," kata Rossi mengungkapkan, dikutip dari GPOne.com
Namun, Rossi juga berterima kasih pada para rival besarnya karena bisa membuatnya berkembang.
"Saya pernah bertarung hebat melawan Sete Gibernau, Max Biaggi, dan Jorge Lorenzo," kata Rossi.
"Rival seperti mereka adalah bahan bakar yang dibutuhkan untuk meningkatkan levelmu. Kamu memberikan yang terbaik agar maju. Itu juga menjadi sesuatu yang personal," kata dia.
Para penikmat MotoGP tentu masih ingat pertempuran menegangkan dan kontroversial di Laguna Seca 2008 antara The Doctor dengan Casey Stoner.
Rossi pun memberi komentar.
"Pertandingan itu spesial. Saat itu Stoner sangat, sangat kuat, dan dia mengalahkanku pada 2007, memenangkan gelar bersama Ducati, sementara aku kehilangan gelar kejuaraan dunia selama dua tahun beruntun," katanya.
"Pada 2008, aku beralih dari ban Michelin ke Bridgestone, dan pertempuran melawan Stoner dimulai dari balapan paling awal. Itu adalah pekan krusial. Casey luar biasa cepat dengan Ducati di sirkuit itu. Setelah tes, aku menjadi yang kedua, tetapi jauh dari dia. Malam sebelum bertanding, aku bicara pada Uccio. Kita bicara satu sama lain bahwa sangat penting untuk mengalahkan dia [Stoner]. Aku pikir kuncinya adalah tetap di depan dan mengatur laju untuk balapan itu. Aku mencoba, dan itu adalah pertempuran hebat, tetapi aku menang," dia mengungkapkan.
Pembalap Italia itu juga menyadari betapa berharganya Stoner sebagai rival besar.
"Aku punya banyak pertarungan menyenangkan dengan Casey. Dia salah satu talenta terbaik MotoGP periode terakhir. Dia muda dan cepat. Dia adalah salah satu rival terkuatku sepanjang masa," kata Rossi.