Kehilangan Suami saat Hamil, Ini Kisah Sanjida Neha, Penyintas Serangan di Masjid Christchurch

Penulis: Dinar Fitra Maghiszha
Editor: Ekarista Rahmawati Putri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

FOTO: Sanjida Neha dan putrinya Noor e Omar. Sanjida berbicara di mimbar pengadilan ihwal dampak yang ia alami atas penembakan dua masjid di Christchurch Selandia Baru dengan terdakwa Brenton Tarrant.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Tragedi penembakkan dua masjid di Selandia Baru menyisakan duka mendalam bagi keluarga korban dan mereka yang selamat.

Pengadilan tinggi Christchurch mendatangkan 60an penyintas dan keluarga untuk menyampaikan dampak yang mereka rasakan atas insiden yang terjadi pada Jumat 15 Maret 2019 tersebut.

Satu di antaranya adalah Sanjida Neha, ibu muda yang baru saja melahirkan tanpa suami.

Suaminya Mohammad Omar Faruk (36) terbunuh di masjid Al Noor beberapa bulan sebelum Sanjida melahirkan.

Perempuan berusia 20 tahun ini melahirkan putri mereka pada Agustus lalu.

Baca: Pria Mualaf Inggris di Hadapan Brenton Tarrant: Saya Pria Kulit Putih dan Bangga Jadi Muslim

FOTO: Anggota kelompok supremasi kulit putih asal Australia, terdakwa Brenton Tarrant menghadiri hari ketiga sidang vonis di pengadilan tinggi Christchurch pada 26 Agustus 2020. (JOHN KIRK-ANDERSON / POOL / AFP)

Anaknya diberi nama Noor e Omar, mengenang ayahnya yang tidak akan pernah ditemuinya lagi.

Kata 'Noor' diambil dari nama masjid tempat ayahnya wafat.

"Saat aku sendirian, terkadang kepikiran tentang Faruk ... Aku menangis saat sendiri ... tapi aku harus kuat untuk anakku," kata Neha di mimbar pengadilan tinggi Christchurch, Senin (25/8/2020).

Sanjida Neha bercucuran air mata saat menyampaikan dampak yang ia rasakan di depan pengadilan dan terdakwa Brenton Tarrant.

"Ada dua hal yang saya rasakan saat melihat bayi kami. Aku merasa ingin menangis, saya bertanya mengapa Allah membawanya pergi, dosa apa yang saya perbuat sehingga kami dihukum," katanya.

Kenangannya terhadap suami membuat Neha merasa sedih dan sempat putus asa.

"Saat lihat dia (anakku) bernapas dan menangis, ia mengingatkanku pada Faruk. Kadang aku ingin mati rasanya ..."katanya.

Baca: Pasukan Sniper Disiagakan di Sidang Vonis Brenton Tarrant, Terdakwa Penembakan Masjid Selandia Baru

FOTO: Terlihat petugas kepolisian mengamankan area Gedung Pengadilan Tinggi Christchurch yang menggelar sidang vonis terdakwa Brenton Tarrant, pelaku penembakan masjid di Selandia Baru. Sidang berlangsung selama 4 hari sejak 24 Agustus 2020 (Sanka VIDANAGAMA / AFP)

Faruk adalah satu dari 51 umat Muslim yang dibunuh oleh Brenton Tarrant dalam serangan di Christchurch tahun lalu.

Istrinya Sanjida Neha tinggal di kampung halaman mereka di Bangladesh, dalam kondisi hamil empat bulan.

Faruk dan Neha menikah di Bangladesh pada 29 Desember 2017.

Faruk bekerja di Christchurch sebagai tukang las sejak 2015.

Almarhum berencana membawa istri serta anaknya ke Selandia Baru untuk membangun kehidupan bersama.

Pada awalnya, Neha tak mengira suaminya ada di dalam masjid Al Noor saat mendengar berita tentang penembakan massal.

Saat itu ia berbicara dengan suaminya pada pagi hari.

Menurut Neha, sang suami hampir tak pernah punya kesempatan salat berjamaat di Masjid itu karena sibuk dan lokasi kerjaan yang jauh.

Halaman
123


Penulis: Dinar Fitra Maghiszha
Editor: Ekarista Rahmawati Putri

Berita Populer