Sahabatnya Tewas Kena Tembak saat Salat Jumat, Penyintas Ata Taj Mohammad Kamran Trauma Masuk Masjid

Penulis: Dinar Fitra Maghiszha
Editor: Ekarista Rahmawati Putri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

FOTO: Ata Taj Mohammad Kamran

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Ata Taj Mohammad Kamran, seorang penyintas yang selamat dari hujanan peluru Brenton Tarrant -pelaku penembakan di Masjid Selandia Baru- mengungkapkan dampak yang ia rasakan di mimbar sidang pengadilan.

Pengadilan tinggi Christchurch mendatangkan 60 penyintas dan keluarga untuk menyampaikan dampak yang mereka rasakan atas insiden yang terjadi pada hari Jumat tanggal 15 Maret 2019.

Tertunduk sedih, ia menyebut dirinya sering tidak bisa tidur nyenyak, mudah marah, dan ketakutan saat ke luar rumah.

Diketahui Kamran kehilangan sahabatnya dalam serangan itu.

Kamran ditembak empat kali di bagian kaki saat mencoba melarikan diri dari masjid.

Baca: Maysoon Salama di Hadapan Brenton Tarrant: Semoga Kau Dapat Hukuman Berat di Dunia dan Akhirat

FOTO: Penyintas Ata Taj Mohammad Kamran (kanan) di depan sidang pembacaan vonis Brenton Tarrant (kiri) di Pengadilan Tinggi Christchurch, Selandia Baru (Kolase Foto AFP dan Christchurch High Court)

Ia mengaku merasa bersalah saat tidak bisa membantu lebih banyak orang saat itu.

Namun, tidak ada pilihan lain bagi dirinya.

"Saya tidak ingin hidup seperti ini, terlalu melelahkan bagi saya, saya lelah dengan semuanya," katanya.

"Saya sering menangis sekarang, ingatan itu begitu membekas bagi saya .. Itu sangat sulit (melupakannya)," katanya.

Kehilangan Sahabat

Diketahui sahabat Kamran -Matiullah Safi , sesama pengungsi Afghanistan- tewas dalam insiden tersebut.

"Aku merindukan sahabatku, dia seperti saudara sendiri. Kami mengenal satu sama lain selama 13 tahun .. Kami bertemu di sini di Selandia Baru .. Kami melakukan banyak hal bersama," terangnya.

"Dia lebih daripada seorang sahabat.. dia seperti adikku sendiri"

Di depan hakim dan juga terdakwa Brenton Tarrant, Kamran terlihat bersedih.

"Saya menangis sepanjang waktu untuknya .. Saya pergi ke pemakamannya dan saya menangis, sangat sulit bagi saya melihatnya dimakamkan," terangnya sambil bersedih.

Pengungsi dari Afghanistan

Kamran pindah ke Selandia Baru pada 2007 sebagai pengungsi dari Afghanistan.

Ia mengungsi lantaran rumahnya dibom dan sebagian besar keluarganya tewas.

"Saya dan ibu selamat ... (sedangkan) ayah saya meninggal tidak lama setelah pemboman", katanya di pengadilan.

"Selandia Baru adalah tempat yang aman bagi saya," ungkapnya.

Halaman
1234


Penulis: Dinar Fitra Maghiszha
Editor: Ekarista Rahmawati Putri

Berita Populer