Termasuk dengan Ronald Koeman, Font sepertinya ingin cuci gudang membersihkan orang-orang pro Bartomeu jika ia terpilih sebagai presiden baru,
Sedangkan Bartomeu, selama menjabat presiden memang tak terlalu ambil pusing dengan ideologi tersebut.
Tim Barcelona semenjak era Sandro Rosell hingga Bartomeu lebih mengandalkan pemain bintang dan takk terlalu terpaku pada tiki-taka.
Barcelona musim 2019-20 benar-benar hancur.
Musim 2019-20 lalu, Barcelona tak mampu meraih satu gelar pun dari Liga Spanyol, Copa del Rey, Liga Champions dan bahkan Piala Super Spanyol.
Ternyata, Barcelona memiliki berbagai masalah penting dibalik kegagalan mereka pada musim 2019-20.
Pergantian pelatih, konflik antar petinggi klub dan pola perekrutan pemain "asal comot" dinilai menjadi faktor kenapa performa Barcelona di rumput hijau begitu labil.
Pertama, terkait perpindahan kursi pelatih dari Ernesto Valverde ke Quique Setien.
Sebelumnya, beberapa pemain senior Barcelona tetap mendukung keberadaan Valverde di klub berjuluk Azulgrana tersebut. Namun, tuntutan kuat dari pada pendukung dan hasil buruk membuat Valverde pun akhirnya dikenai godam pemecatan oleh manajemen.
Quique Setien masuk, harapan baru muncul.
Terlebih, eks pelatih Real Betis itu dikenal suka menerapkan sepak bola yang dominan menguasai bola.
Hal ini tentu linier dengan tuntutan para pendukung yang meminta timnya bermain layaknya era Johan Cruyff, Frank Rijkaard atau Pep Guardiola.
Baca: Dirumorkan ke Barcelona, Berikut Ini 3 Klub Eropa yang Pernah Berniat Pasangkan Ronaldo dan Messi
Baca: Selain ke PSG, Cristiano Ronaldo Ditawarkan ke Barcelona oleh Juventus: Potensi Duet dengan Messi?
Namun, jauh panggang dari api, Setien meski sukses membuat Barcelona kembali rutin "menguasai bola", mereka teta[ keropos di lini pertahahan dan terlalu mengandalkan Messi di lini depan.
Setien pun kabarnya akan dipecat pada Senin (17/8/2020) ini oleh manajemen Barcelona.
Lalu, problem kedua terkait konflik petinggi klub yang dipimpin oleh Josep Maria Bartomeu cs, dugaan penggunaan buzzer sosial media untuk menyerang citra Messi, Busquets, Pique dan para pemain senior hingga konflik direktur olahraga, Eric Abidal vs Messi.
Selanjutnya, tentu perekrutan pemain secara asal-asalan.
Pertengahan musim 2019-20 lalu, Barcelona merekrut penyerang medioker, Martin Braithwaithe dari Leganes, alih-alih membeli penyerang top atau menggunakan jasa didikan akademi sendiri.
Namun, sekalinya merekrut pemain top seperti Antoine Griezmann, Barcelona pun seolah-olah menyia-nyiakan bakat peraih juara Piala Dunia 2018 bersama Prancis itu dengan membangku cadangkannya.
Baca: Terjerat Kasus Sengketa Transfer, Antoine Griezmann Bisa Dilarang Perkuat Barcelona di Liga Spanyol
Baca: Takut Tertular Covid-19, Lionel Messi Gunakan Tempat Tidur Khusus Anti Virus Corona
Diluar itu, ternyata kedatangan Griezzman tak direstui Messi dan hal ini pun menjadi masalah tersendiri di Barcelona karena pengaruh sang kapten yang keterlaluan.