Kemerdekaan 17 Agustus merupakan satu tonggak sejarah bangsa yang lengkap dengan peristiwa di dalamnya.
Sejarah kemerdekaan Indonesia tak lepas dari peran Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Meski dibentuk Jepang, badan ini memprakarsai sejumlah hal yang menjadi titik peristiwa pembacaan proklamasi.
Apa itu BPUPKI? Siapa saja yang terlibat di dalamnya?
Berikut Tribunnewswiki.com sajikan sejarah BPUPKI dari buku St. Sularto & D. Rini Yunarti, "Konflik Di Balik Proklamasi: BPUPKI, PPKI, dan Kemerdekaan", (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2010).
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) adalah badan yang dipersiapkan untuk merumuskan segala sesuatu yang berkaitan dengan kemerdekaan rakyat Indonesia.
BPUPKI diumumkan berdiri pada tanggal 1 Maret 1945 oleh Panglima Tentara Jepang, Kumaciki Harada.
Atas nama pemerintah Jepang, dikatakan bahwa pembentukan lembaga ini adalah realisasi janji Jepang untuk memberikan kemerdekaan kepada rakyat Indonesia.
Pengangkatan pengurus dan anggota dilakukan pada tanggal 29 April 1945 yang bertepatan dengan hari ulang tahun Kaisar Jepang, Tenno Heika.
Ketua BPUPKI adalah seorang bangsawan dr. KRT Radjiman Wediodiningrat.
Kemudian Ichibangase Yoshio dan R. P. Suroso sebagai Wakil Ketua.
Selain itu, tujuh orang wakil dari Jepang dijadikan anggota luar biasa.
Sidang pertama BPUPKI berlangsung dari tanggal 28 Mei sampai 1 Juni 1945.
Hari pertama sidang BPUPKI tanggal 28 Mei 1945, dibuka pada pukul 10.00 WIB di Gedung Tyuuoo Sangi-In (sekarang Departemen Luar Negeri, Pejambon, Jakarta).
Sebelum acara dimulai, dilakukan acara pengibaran bendera Hinomaru dan Sang Saka Merah Putih.
Kemudian dilakukan prosesi amanat Saikoo Sikikan atau Panglima Tentaram dan dilakukan pelantikan anggota dan nasihat Gunseikan atau Kepala Pemerintahan Militer.
Dalam amanatnya, Saikoo Sikikan mengatakan bahwa mendirikan negara merdeka yang baru bukanlah hal yang mudah apalagi jika tidak dengan jalan mempelajari, menyelidiki, dan merencanakan dulu.
Sedangkan Gunseikan memberi nasehat bahwa jika suatu bangsa hendak meneguhkan kemerdekaannya maka ia harus lebih dulu meneguhkan keyakinannya.