Hal tersebut membuat UEAA menjadi negara Teluk Arab pertama yang menyepakati normalisasi hubungan negara dengan Israel.
Tentunya, pembukaan kembali hubungan antar kedua negara menjadi sejarah baru bagi negara Arab.
Karena hingga kini, negara di Arab masih belum menerima adanya Israel di wilayah Timur Tengah.
Hubungan diplomatik kedua negara tersebut juga terjadi setelah bertahun-tahun tidak memiliki hubungan di antara kedua negara.
Bahkan UEA mengatakan pembukaan hubungan dengan Israel merupakan sebuah "kemenangan" untuk diplomasi di kawasan Timur Tengah.
Baca: Ramai di Medsos, Sejumlah Kalangan Pro-Palestina Kutuk Kesepakatan Diplomatik UEA-Israel
Begitu pula Israel yang memuji pengumuman hubungan diplomatik dengan UEA sebagai "hari bersejarah" bagi kedua negara, pada Kamis (13/8/2020).
Delegasi dari kedua negara diharapkan bertemu dalam beberapa minggu mendatang.
Hal tersebut untuk menandatangani perjanjian bilateral di bidang investasi, pariwisata, penerbangan langsung, keamanan, telekomunikasi, dan masalah lainnya.
Selain itu kedua negara juga akan secara resmi bertukar duta besar dan membuka kedutaan besar bersama.
Seperti dilansir oleh Middle East Eye, Jumat (14/8/2020), kedua negara memutuskan untuk memulai hubungan diplomatik.
Menanggapi hal itu Presiden Palestina, Mahmoud Abbas mengecam kesepakatan antara UEA dengan Israel.
Pernyataan Abbas disampaikan dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh juru bicaranya, Kamis (13/8/2020) malam.
"Presiden Palestina menolak dan mengecam kesepakatan trilateral UEA, Israel dan AS, yang mengejutkan itu," kata Nabil Abu Rudeineh, penasihat senior presiden Palestina.
Abu Rudeineh mengatakan, kesepakatan itu adalah "pengkhianatan terhadap Yerusalem, Al-Aqsa, dan perjuangan Palestina".
Baca: Normalisasi Hubungan Diplomatik UEA-Israel, Apa yang Disepakati?
Hanan Ashrawi, seorang pejabat senior Otoritas Palestina, mengatakan Israel telah diberi penghargaan atas tindakannya di wilayah Palestina sejak 1967 yang mengambil alih tanah Palestina.
"UEA telah terbuka tentang kesepakatan atau normalisasi rahasianya dengan Israel. Tolong jangan membantu kami. Kami bukan daun ara siapa pun!" tweetnya.
Seorang juru bicara Hamas mengatakan, UEA pada dasarnya telah "menikam" Palestina dari belakang, sementara yang lain mengatakan itu "tidak melayani kepentingan Palestina".
Gerakan Jihad Islam di Palestina menyebut kesepakatan itu sebagai "penyerahan".
Menteri Luar Negeri Palestina, Riad al-Maliki mengatakan bahwa Otoritas Palestina juga sudah menarik duta besarnya untuk UEA sebagai protes atas kesepakatan tersebut.