Tak hanya 'bodoh' Iran nampak muak dengan cara UEA dan menyebut kesepakatan yang dibuat sebagai 'pisau yang tajam sebelah' yang dapat menusuk punggung rakyat Palestina dan semua umat Muslim.
Menyusul pernyataan ini, Iran berencana akan memperkuat poros perlawanan di wilayahnya.
Baca: Perusahaan Perhiasan Israel Buat Masker Berbahan Emas dan Dilapisi Berlian, Jadi Termahal di Dunia
Iran mengartikan kesepakatan bersejarah ini sebagai kemenangan politik luar negeri bagi Presiden AS Donald Trump.
Sebagai informasi, Donald Trump membuat kebijakan luar negeri khususnya di Timur Tengah dalam kampanyenya untuk meraih dukungan dalam Pilpres November 2020.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyebut kesepakatan hubungan diplomatik Israel-UEA adalah bentuk pengkhianatan.
Abbas menuntut agar kesepakatan ini dibatalkan.
Hossein Amirabdollahian, penasihat jubir legislatif Iran turut mengkritik kesepakatan tersebut melalui akun Twitternya, (14/8).
Baca: PM Yordania: Konsep Satu Negara atas Sengketa Wilayah Israel-Palestina adalah Solusi Demokratis
"Strategi baru UEA menormalkan hubungan dengan Israel adalah palsu, tidak menjaga keamanan dan perdamaian, justru melayani kejahatan Zionis yang sedang berlangsung," katanya.
Sementara itu, mantan kepala pengawal Revolusi Iran, Mohsen Rezaei menyebut UEA telah menjadikan dirinya sebagai 'Surga Israel selama 10 tahun terakhir.
"Tidak ada pejuang Muslim yang bersemangat, dan tidak ada orang Arab yang mengkhianati Palestina, kecuali tusukan dari belakang mereka (UEA)," katanya.