Menurutnya, si raksasa media sosial hanya menegakkan aturan pada Trump saja.
"Silicon Valley memiliki bias terhadap presiden, di mana aturan hanya ditegakkan dalam satu arah," kata Courtney Parella.
Baca: Jelang Pilpres dan Demi Perbaiki Citra Politik, Donald Trump Kini Wajibkan Masker untuk Warga AS
Lebih lanjut, Parella mengklaim apa yang dikatakan Trump sebagai fakta.
"Presiden menyatakan fakta bahwa anak-anak tidak terlalu rentan terhadap virus korona," katanya dalam sebuah pernyataan.
Lebih lanjut, ia mengatakan perusahan sosial media bukanlah penengah kebenaran.
"Perusahaan media sosial bukanlah penengah kebenaran."
Diberitakan BBC, Facebook menghapus postingan Trump yang berisi tautan video wawancara dirinya dengan Fox News.
Tak tanggung-tanggung, Facebook mengatakan tindakan Trump sebagai suatu "kesalahan informasi Covid yang berbahaya".
Dalam video, Trump mengklaim anak-anak lebih kebal terhadap Covid-19.
"Jika Anda melihat pada anak-anak, anak-anak hampir - dan saya hampir pasti akan mengatakan - hampir kebal dari penyakit ini," klaim Presiden AS.
Baca: Donald Trump Ingin Tunda Pilpres AS, Senator Partai Republik: Tidak Ada dalam Sejarah Amerika
"Sedikit sekali, mereka menjadi lebih kuat, sulit dipercaya, saya tidak tahu bagaimana perasaan Anda tentang hal itu, tetapi mereka memiliki sistem kekebalan yang jauh lebih kuat daripada yang kita lakukan untuk ini."
"Dan mereka tidak punya masalah, mereka tidak punya masalah."
Padahal pihak kesehatan AS menegaskan anak-anak tak memiliki kekebalan terhadap penyakit yang disebabkan virus corona.
Tak hanya Facebook, Twitter turut melakukan langkah serupa.
Bahkan Twitter membekukan akun kampanye Trump hingga postingan yang bermasalah dihapus.
Facebook Buka Suara
Baca: Khawatirkan Keamanan, Donald Trump Beri Waktu 45 Hari pada ByteDance untuk Jual TikTok ke Microsoft
Pihak Facebook langsung buka suara dan memberikan keterangan resmi.
"Video ini menyertakan klaim palsu bahwa sekelompok orang kebal dari Covid-19 yang merupakan pelanggaran kebijakan kami seputar misinformasi COVID yang berbahaya," kata Juru Bicara Facebook, Rabu (5/8/2020).
Kejadian ini jadi yang pertama raksasa sosial itu mengambil tindakan untuk menghapus konten yang diposting oleh presiden berdasarkan kebijakan misinformasi virus corona.