AS Sebut Serangan Militer Korea Utara Bisa Sebabkan 200 Ribu Lebih Korban Hanya dalam 1 Jam

Penulis: Maghita Primastya Handayani
Editor: Ekarista Rahmawati Putri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

(FILES) Dalam file ini foto diambil pada 9 September 2018, tank Tentara Rakyat Korea (KPA) ikut serta dalam parade militer di lapangan Kim Il Sung di Pyongyang. Tentara Korea Utara sepenuhnya siap untuk mengambil tindakan terhadap Korsel, kata media pemerintah pada 16 Juni 2020 dalam keributan verbal terbaru dari Pyongyang, beberapa hari setelah saudara perempuan pemimpinnya mengancam gerakan militer terhadap Seoul.

Think tank juga memiliki skenario serangan satu menit dan satu jam ke ibu kota negara Korea Selatan, Seoul.

Berdasarkan skenario tersebut, jumlah korban terendah adalah jika serangan satu menit dilakukan di DMZ.

Tantangan bagi Korea Selatan, Amerika Serikat dan aliansinya 

Foto diambil pada 26 Juli 2020 dan dirilis oleh kantor berita Korea Utara, Korean Central News Agency (KCNA) pada 27 Juli 2020. Dalam foto ditunjukkan bahwa Kim Jong Un menghadiri acara perayaan 67 tahun gencatan senjata Perang Korea di Pyongyang. Pada kesempatan tersebut Kim Jong Un menganugerahkan pistol peringatan 'Paektusan' pada para pimpinan tinggi militer Korea Utara. (AFP PHOTO/KCNA VIA KNS)

Melalui laporan yang dirilis, lembaga think tank RAND Corporation mengatakan hasil pengujian mengarah pada Korea Selatan, Amerika Serikat dan aliansinya.

Terutama dalam meminimalisir konflik di Semenanjung Korea agar serangan militer dapat dihindari.

"Tujuan dari pengujian lima skenario tersebut adalah untuk menunjukkan tantangan terbesar yang akan dihadapi oleh Korea Selatan, Amerika Serikat dan sekutu mereka jika Korea Utara melakukan serangan dengan artileri konvensional yang mereka miliki," kata laporan itu sepert yang diwartakan oleh Yonhap.

"Jika Korea Utara menyatakan akan melakukan serangan, maka Korea Selatan. Amerika Serikat dan aliansinya harus menghentikannya sekaligus menghindari adanya eskalasi konflik," lanjut laporan RAND Corporation.

Dikatakan oleh RAND Corporation, pengujian ini menjadi catatan penting bagi semua aktor negara yang terkait dengan konflik di Semenanjung Korea.

Sehingga aksi provokasi bisa diturunkan dan dapat menghindari konflik yang mengarag pada serangan militer.

"Jika serangan militer terjadi, imbasnya akan sangat mahal dan berdarah," tegas RAND Corporation.

Baca: Mampu Kemudikan Mobil saat Berusia Tiga Tahun, Kisah Kim Jong Un Masuk Kurikulum di Korea Utara

Baca: Setelah Iran dan China, Kini Korea Utara Berani Beri Peringatan Perang Nuklir pada Amerika Serikat

Baca: Laporan PBB Sebut Korea Utara Kemungkinan Tengah Merakit Miniatur Senjata Nuklir

(TRIBUNNEWSWIKI/Magi)



Penulis: Maghita Primastya Handayani
Editor: Ekarista Rahmawati Putri
BERITA TERKAIT

Berita Populer