Karena mengalami masalah teknis di laut, para pejabat Lebanon mencegah kapal itu berlayar.
Kapal itu pun akhirnya ditinggalkan oleh pemilik dan para awak. Seperti diketahui, sebuah ledakan besar terjadi di Pelabuhan Beirut, pelabuhan terbesar dan tersibuk di Lebanon.
Ledakan itu sempat terekam oleh warga yang berada tak jauh dari lokasi dan banyak beredar di media sosial.
Sejauh ini, 135 orang dilaporkan meninggal dunia, sementara 5000 orang lainnya mengalami luka-luka.
Presiden Amerpika Serikat Donald Trump pada Selasa (4/8/2020) waktu setempat mengatakan ledakan yang terjadi di Beirut, Lebanon sebagai “serangan".
Mengutip dari USA Today, hal tersebut didapatkan Trump setelah mendapatkan pengarahan dari jenderal AS dan bahwa mereka "tampaknya merasa" bahwa ledakan itu bukan kecelakaan.
"Menurut mereka - mereka akan tahu lebih baik daripada saya - tetapi mereka tampaknya berpikir itu adalah serangan," kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih.
Ditanya apakah dia yakin jika ledakan itu serangan dan bukan kecelakaan, Trump mengatakan "sepertinya" itu, berdasarkan apa yang dikatakan pejabat militer AS kepadanya.
"Sepertinya itu berdasarkan ledakan," kata Trump.
"Saya telah bertemu dengan beberapa jenderal besar kita dan mereka sepertinya merasa bahwa itu bukan - semacam jenis peristiwa manufaktur ledakan. Ini - menurut mereka, mereka akan tahu lebih baik daripada saya, tetapi mereka tampaknya berpikir itu adalah serangan. Itu semacam bom."
Dalam kesempatan yang sama, Trump juga mengatakan simpatinya atas kejadian tersebut dan menawarkan bantuan kepada orang-orang Lebanon setelah ledakan, yang menewaskan puluhan orang dan ribuan lainnya terluka.
”Doa kami ditujukan kepada para korban dan keluarga mereka. Amerika Serikat siap membantu Lebanon,” katanya.
Donald Trump saat berbicara di Ruang James Brady Press BriefingÂ, Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, Selasa (4/8/2020).
Dibantah pejabat pertahanan AS
Sementara itu, tiga pejabat Departemen Pertahanan AS mengatakan kepada CNN bahwa pada Selasa malam tidak ada indikasi mereka telah mengetahui bahwa ledakan besar yang mengguncang ibukota Lebanon, Beirut pada hari Selasa adalah serangan, seperti yang ditunjukkan Presiden Trump selama sesi tanya jawab dengan para wartawan di Gedung Putih.
Baca: Presiden Lebanon Sebut Ledakan di Beirut Dipicu Adanya Tumpukan 2.750 Ton Amonium Nitrat
Baca: Khawatirkan Keamanan, Donald Trump Beri Waktu 45 Hari pada ByteDance untuk Jual TikTok ke Microsoft
Dilansir oleh CNN, para pejabat yang menolak disebutkan namanya itu mengatakan mereka tidak tahu apa yang dibicarakan Presiden.
Seorang pejabat menunjukkan bahwa jika ada indikasi siapa pun di kawasan itu menarik sesuatu dari skala ini, itu akan memicu peningkatan otomatis dalam perlindungan pasukan untuk pasukan AS dan aset di kawasan itu jika tanpa alasan lain selain khawatir tentang serangan retribusi.
Ada laporan yang saling bertentangan tentang apa yang menyebabkan ledakan itu, yang pada awalnya disalahkan pada kebakaran besar di gudang petasan di dekat pelabuhan.
Direktur direktorat keamanan umum kemudian mengatakan ledakan itu disebabkan oleh "bahan peledak tinggi" yang disita, tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Para pejabat Lebanon juga belum menyebut ledakan itu sebagai sebuah serangan.
Sebagian artikel tayang di Kompas.com "Jika Amonium Tak Dipindahkan, Itu Akan Meledakkan Seluruh Kota Beirut".