Namun, informasi yang dibocorkan belum tentu akurat.
Harifin menyatakan, tidak mungkin bocoran informasi itu berasal dari majelis hakim yang menangani peninjauan kembali Joko Tjandra.
Pada 2012, Djoko diketahui telah berpindah kewarganegaraan menjadi warga Papua Nugini.
Namun, pada tahun 2020 kabar menggemparkan bahwa Djoko Tjandra memiliki E-KTP Indonesia.
Hal ini langsung menyeret beberapa nama pejabat daerah dan petinggi polri.
Lurah Grogol Selatan, Asep Subahan langsung dinonaktifkan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Asep Subahan terbukti membantu buron Kejaksaan Agung Djoko Sugiarto Tjandra dalam penerbitan e-KTP.
Lalu ada pula tiga petinggi polri yang dicopot dari jabatannya karena terseret kasus ini.
Brigjen Prasetijo Utomo dicopot dari jabatannya sebagai Karo Korwas PPNS Bareskrim Polri lantaran menerbitkan surat jalan Djoko Tjandra.
Lalu ada pula Brigjend Nugroho Slamet yang sebelumnya menjabat sebagai Sekretaris NCB Interpol.
Dia dicopot dari jabatannya karena diduga langgar kode etik terkait surat soal red notice Djoko Tjandra.
Irjen Napoleaon Bonaparte dicopot dari jabatan Kadiv Hubinter Polri karena dianggap lalai mengawasi bawahannya, Brigjen Nugroho Slamet.