Universitas yang terkenal di dunia yakni Oxford University mengeluarkan nilai untuk pemerintah berbagai negara dalam penanganan Covid-19.
Universitas tua di Inggris tersebut mencoba untuk mengukur sejauh mana ketanggapan pemerintah di berbagai negara dalam mengatasi krisis corona
Hal tersebut dirilis dalam sebuah Index yang dibuat oleh Oxford dengan memuat nilai dari angka 0 sampai 100.
Semakin tinggi angkanya maka semakin baik pula kinerja penanganan pemerintah dalam mengatasi Covid-19.
Baca: Ini Syarat Baru Naik Pesawat di Saat Pandemi Covid-19, Wajib Tunjukan Hasil Rapid Test
Baca: Tiga Pemain Disebut Reaktif dalam Rapid Test Covid-19, Jelang Pemusatan Latihan Timnas Indonesia
Index yang dikeluarkan oleh Oxford tersebut mencakup empat penilaian: respons pemerintah secara umum (Overall Government Response Index), upaya penanggulangan dan kesehatan (Containment and Health Index), penegakan social distancing (Stringency Index), dan dukungan ekonomi (Economic Support Index).
Dari empat index tersebut, hanya tiga index pertama yang menyertakan Indonesia.
Sementara index yang ke empat masih belum ada.
Lantas bagaimana penilaian Oxford pada pemerintah Indonesia tentang penanganan kasus Covid-19?
Oxford memberikan nilai index 43,91 bagi Indonesia.
Nilai di bawah 50 ini berarti masih kurang atau setara nilai D.
Nilai 43,91 ini menempatkan Indonesia pada yang terendah di antara negara Asean 6, bahkan nilai Indonesia kalah jauh dari Kamboja.
Sementara itu, hingga Selasa (28/7/2020) terjadi kenaikan 1.748 kasus baru positif Covid-19 di Indonesia.
Dengan itu terkonfirmasi total kasus positif Covid-19 di Indonesia mencapai 102.051 kasus.
60.539 orang dinyatakan sembuh dan 4.902 dinyatakan meninggal dunia.
Penambahan itu sekaligus membuat Indonesia menduduki peringkat ke 24 di antara 215 negara dan peringkat 9 di kawasan Asia.
Akibat hal tersebut, para ahli epidemiolog menyebut bahwa kasus Covid-19 di Indonesia belum mencapai puncaknya.
Pakar Epidemiolog Universitas Airlangga (Unair) Windhu Purnomo mengatakan, laporan kasus harian belum mengalami penurunan signifikan.
Melihat hal ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengimbau agar masyarakat mengingat adanya gelombang kedua Covid-19.
Hal tersebut disampaikan Jokowi saat membuka rapat terbatas terkait postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021, dari Istana Bogor, Selasa (28/07/20).
Jokowi menyebutkan, ekonomi dunia saat ini tengah dilanda ketidakpastian akibat pandemi Covid-19 yang melanda lebih dari 200 negara.