Pemerintahan Presiden AS Donald Trump berulang kali berseteru dengan Beijing mengenai masalah perdagangan dan pandemi virus corona, serta penerapan UU Keamanan Nasional di Hong Kong.
Kemudian, pada Selasa (21/7/2020), Departemen Kehakiman AS menuduh China mensponsori para peretas yang mengincar sejumlah laboratorium yang sedang mengembangkan vaksin Covid-19.
Dua warga negara China, yang dituduh memata-matai perusahaan riset AS dan dibantu agen pemerintah China, telah didakwa.
Menlu AS, Mike Pompeo mengatakan Partai Komunis China mencuri "tak hanya kekayaan intelektual Amerika, tetapi juga kekayaan intelektual Eropa yang menyebabkan ratusan ribu orang kehilangan pekerjaan".
Baca: Dikenal Keras Kepala, Donald Trump Akhirnya Luluh: Saya Akan Pakai Masker dengan Senang Hati
"Kami menggariskan ekspektasi bagaimana Partai Komunis China akan bersikap," kata Pompeo.
"Jika mereka tidak memenuhi [ekspektasi tersebut], kami akan mengambil tindakan untuk melindungi rakyat Amerika, melindungi keamanan kami, keamanan nasional kami, dan juga melindungi ekonomi serta pekerjaan kami," tambahnya.
Di seluruh AS, terdapat lima konsulat China dan satu kedutaan besar di Washington DC.
Belum jelas mengapa konsulat China di Houston yang diminta untuk tutup.
Baca: Meski Terlibat Ketegangan Militer, Donald Trump Mau Bekerja Sama dengan China Demi Vaksin Covid-19
Dalam pernyataan terpisah, Deplu AS menuduh China melakukan "kegiatan mata-mata secara ilegal dan operasi pengaruh" yang mencampuri "politik domestik" serta "memaksa para pemimpin bisnis kami, mengancam keluarga-keluarga Amerika keturunan China yang bermukim di China, dan lainnya".
Artikel ini sebagian sudah tayang di Kontan.co.id dengan judul China perintahkan penutupan, staf Konsulat AS di Chengdu mulai kosongkan kantor.