Salat Jumat Pertama di Hagia Sophia, Ornamen Kristiani Tetap Dipajang Namun akan Ditutup Tirai

Penulis: Niken Nining Aninsi
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang pengunjung Turki berdoa di depan Apsis, bagian suci yang menghadap ke arah timur Hagia Sophia, pada 26 Juni 2020 di dalam museum Hagia Sophia di Istanbul. Pengadilan tinggi Turki dijadwalkan pada 2 Juli 2020 untuk memberikan vonis kritis pada status landmark landmark Istanbul yang menjadi museum masjid yang berubah menjadi masjid, Hagia Sophia, sebuah keputusan yang dapat mengobarkan ketegangan terutama dengan negara tetangga Yunani. Gedung abad keenam - sebuah magnet bagi para wisatawan di seluruh dunia dengan arsitekturnya yang menakjubkan - telah berfungsi sebagai museum sekuler sejak tahun 1930-an yang menjadikannya terbuka bagi umat beragama dari semua agama.

Organisasi Genc, Anatolian Youth Association, sebelumnya melakukan berbagai protes dan menyelenggarakan salat di luar Hagia Sophia, sementara kelompok lain melakukan upaya legal untuk menjadikan museum sebagai masjid.

Dalam pidatonya di Universitas Ankara, Presiden Erdogan mengumumkan Turki telah menangkap istri dari pemimpin ISIS, Abu Bakr Al Baghdadi (Bloomberg)

Presiden Erdogan pada 10 Juli lalu menetapkan bangunan yang menjadi katedral selama 900 tahun itu sebagai masjid, setelah pengadilan membatalkan status bangunan ikonik yang ditetapkan UNESCO sebagai peninggalan bersejarah.

"Kami memperjuangkan ini selama bertahun-tahun," kata Genc di depan masjid Kamis (23/7/2020).

Kubah dan menara Hagia Sophia menghiasi langit Istanbul selama satu abad terakhir.

" Hagia Sophia adalah simbol dan kami, seperti Muslim lain, ingin dibuka sebagai masjid... Saat Sultan Mehmed, sang penakluk datang ke Istanbul, ia membeli Hagia Sophia dengan uangnya sendiri sebagai simbol penaklukan dan ingin dijadikan masjid."

Kelompok yang dipimpin Genc adalah gerakan yang dibentuk oleh perdana menteri pertama Islamis Turki, Necmettin Erbakan, yang partainya yaitu Partai AK memimpin Turki di bawah kepemimpinan Erdogan selama 17 tahun.

Selama kepemimpinannya Erdogan membentuk ulang Turki modern yang didirikan tokoh sekuler negara itu, Mustafa Kemal Ataturk, dengan mencabut larangan memakai jilbab di depan umum, meningkatkan pendidikan keagamaan.

Baca: Dukung Alih Fungsi Hagia Sophia Jadi Masjid, Pengamat Nilai Presiden Erdogan Punya Maksud Politis

Di tengah kekacauan dan pemberontakan di Timur Tengah pada 2011, Erdogan juga berupaya mengangkat posisi Turki sebagai kekuatan regional dan memimpin kelompok Muslim Sunni.

Menetapkan Hagia Sophia sebagai masjid adalah pertanda ke arah "mencapai pembebasan" masjid Al Aqsa di Yerusalem, kata Erdogan bulan ini.

Erdogan mendorong langkah mengubah Hagia Sophia menjadi masjid sebelum pemilihan daerah tahun lalu, langkah yang menyebabkan pukulan bagi Partai AK.

Para pejabat mengatakan langkah itu memenuhi keinginan mendalam masyakat di negara itu.

"Keputusan menjadikan Hagia Sophia sebagai masjid adalah tuntutan lama mayoritas rakyat Turki," kata juru bicara presiden Ibrahim Kalin.

Ia mengatakan, di bawah kepemimpinan Erdogan masjid dan sinagog untuk masyarakat minoritas Kristen dan Yahudi Turki juga dibangun atau direnovasi.

Baca: Dikritik karena Ubah Hagia Sophia Jadi Masjid, Presiden Erdogan Tepis Semua Kecaman Internasional

Baca: Resmi Ubah Hagia Sophia Jadi Masjid, Berbagai Pihak Sesalkan Langkah Presiden Erdogan

 

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Shalat Jumat Pertama di Hagia Sophia dalam 86 Tahun, Ornamen Kristiani Ditutup Tirai".



Penulis: Niken Nining Aninsi
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
BERITA TERKAIT

Berita Populer