Dampak Pandemi Covid-19: BPS Catat Penduduk Miskin Indonesia Naik 1,23 Juta Jiwa pada Maret 2020

Penulis: Haris Chaebar
Editor: Melia Istighfaroh
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tukang rongsokan tengah istirahat di kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta, Senin (22/4/2020). Di tengah pandemi Covid-19 dalam situasi yang sangat berat, pemerintah mengumumkan akan terjadi peningkatan jumlah angka kemiskinan hingga 3,78 juta orang.(KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO)

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Pandemi Covid-19 disebut berdampak besar bagi Indonesia.

Tidak hanya persoalan sistem kesehatan yang terdampak, sektor ekonomi pun ikut terkena efek keberadaan wabah virus Corona ini.

Banyaknya perusahaan/lini ekonomi yang tergulung Covid-19 berdampak pada taraf hidup masyarakat Indonesia.

Covid-19 pun membuat angka kemiskinan di Indonesia meningkat.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, pada Maret 2020 terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin sebanyak 1,63 juta orang dibandingkan periode September 2019.

Dengan demikian, jumlah penduduk miskin RI saat ini tercatat sebanyak 26,42 juta orang.

Baca: Jelang Pilkada, Menteri PPN Sebut Kepala Daerah Sering Ubah Garis Kemiskinan di Wilayahnya

Baca: PBB Ingatkan Dampak Covid-19 Bisa Sebabkan 34 Juta Orang Jatuh dalam Jurang Kemiskinan Ekstrem

Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, peningkatan jumlah penduduk miskin disebabkan oleh kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk mencegah penyebaran virus corona (Covid-19).

Pasalnya, aktivitas perekonomian ikut terganggu dan pastinya berpengaruh terhadap pendapatan penduduk.

Ilustrasi Kemiskinan(KOMPAS/AGUS SUSANTO) (KOMPAS/AGUS SUSANTO)

"Penduduk miskin naik 1,63 juta terhadap September 2019," ujar Suhariyanto dalam paparannya, Rabu (15/7/2020).

Secara persentase, penduduk miskin pada Maret 2020 tercatat sebesar 9,78 persen meningkat 0,56 poin persentase terhadap September 2019 dan meningkat 0,37 poin persentase terhadap Maret 2019.

Suhariyanto pun menjelaskan, kondisi pandemi ini memengaruhi seluruh lapisan masyarakat.

Namun demikian, dampak yang lebih dalam paling dirasakan oleh masyarakat lapisan bawah.

Berdasarkan hasil survei sosial demografi BPS, kelompok masyarakat lapisan bawah atau berpendapatan rendah, 70 persen mengaku mengalami penurunan pendapatan.

Sementara untuk masyarakat berpendapatan tinggi, yakni di atas Rp 7,2 juta, sebanyak 30 persen mengaku pendapatannya berkurang selama pandemi.

"Pandemi Covid-19 ini menghantam seluruh lapisan masyarakat dan dampaknya terasa lebih dalam ke masyarakat lapisan bawah," kata Suhariyanto.

Suhariyanto pun memaparkan beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya peningkatan angka kemiskinan pada periode September 2019 hingga Maret 2020.

Dia mengatakan, terjadi perlambatan pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga pada Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal I 2020 Pengeluaran konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 2,84 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019 yang sebesar 5,02 persen.

Selain itu, terjadi penurunan jumlah kunjungan wisman ke Indonesia Maret 2020 yang mencapai 64,11 persen dibandingkan Maret 2019.

"Meskipun pemerintah secara resmi mengumumkan kasus Covid-19 pada Maret 2020, namun sektor pariwisata dan pendukungnya sudah mulai terdampak sejak bulan Februari 2020," jelas Suhariyanto.

Pakaian bekas di pasar pedagang kaki lima. (TRIBUN JABAR/TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)

Selain itu, pada periode September 2019–Maret 2020, secara nasional harga eceran beberapa komoditas pokok mengalami kenaikan, antara lain beras (1,78 persen), daging ayam ras (5,53 persen), minyak goreng (7,06 persen), gula pasir (13,35 persen), dan telur ayam ras (11,10 persen).

Halaman
123


Penulis: Haris Chaebar
Editor: Melia Istighfaroh
BERITA TERKAIT

Berita Populer