Sebelumnya, WHO dikritik oleh ratusan ilmuwan karena dianggap meremehkan risiko penularan virus corona lewat transmisi udara.
WHO kemudian merilis pernyataan resmi, pada Kamis (9/7/2020) yang menyebutkan sejumlah bukti yang menunjukkan virus corona bisa bertahan di udara, terutama pada ruangan tertutup, dan bisa menular.
Berikut beberapa poin terkait kajian terbaru yang dirilis WHO mengenai penyebaran virus corona di udara yang perlu dipahami:
Pembaharuan WHO mengenai transmisi virus corona melalui udara tidak menghapus peringatan WHO mengenai penularan virus ini melalui droplet.
Kontak dekat dengan seseorang yang mengeluarkan air liur atau sekresi pernapasan dengan droplet berdiameter lebih dari 5-10 mikron tetap berpotensi menularkan virus.
Oleh karena itu, imbauan untuk menjaga jarak tetap berlaku.
Menurut WHO, udara yang diembuskan oleh penderita Covid-19 memungkinkan transmisi virus melalui aerosol.
Baca: Setelah Mengakui Virus Corona Bisa Menular lewat Udara, WHO Kini Merilis Pedoman Baru
Baca: Trump Tuduh WHO Boneka China, PBB Umumkan Amerika Serikat Keluar dari WHO Mulai 6 Juli 2021
Teori tersebut menunjukkan bahwa sejumlah tetesan pernapasan menghasilkan aerosol mikroskopis ketika seseorang menguap, bernapas, dan berbicara.
"Dengan demikian, seseorang dapat terinfeksi virus ketika menghirup aerosol yang memiliki proporsi cukup untuk menyebabkan infeksi," demikian pernyataan WHO, seperti dikutip Kompas.com dari laman resmi WHO, Jumat (10/7/2020).
Namun, belum diketahui secara pasti berapa banyak proporsinya untuk bisa menginfeksi orang lain.
WHO menyebutkan beberapa laporan Covid-19 yang terkait dengan kerumunan di dalam ruangan telah menemukan potensi penularan virus melalui aerosol dan dikombinasikan dengan droplet, misalnya ketika latihan paduan suara, berada di restoran, atau gym.
Rilis lengkap WHO soal ini bisa dibaca pada berita ini:
WHO mendefinisikan penularan melalui udara sebagai penyebaran agen infeksius akibat adanya penyebaran inti droplet (aerosol) yang tetap menular saat melayang di udara dalam jarak dan waktu yang lama.
Awalnya, WHO hanya mengatakan bahwa kemungkinan penyebaran aerosol dapat terjadi hanya ketika ada tindakan medis yang menghasilkan aerosol.
Namun, perkembangan yang terjadi menunjukkan tidak hanya demikian.
Penelitian tentang transmisi aerosol dengan fisika aliran dan udara menjelaskan bagaimana aerosol sangat mungkin menjadi sarana penularan.
Baca: Jepang Sukses Redam Covid-19, Meski Enggan Patuhi Semua Saran WHO dan Tidak Lakukan Lockdown
Baca: WHO Sebut Sangat Kecil Kemungkinan Hewan Peliharaan Menularkan Covid-19 ke Manusia
Teori itu menjelaskan bahwa setiap tetesan pernapasan menghasilkan aerosol mikroskopis kurang dari 5 mikron ketika menguap.