Jumlah tambahan kasus Covid-19 tersebut merupakan yang terbesar yang pernah terjadi di satu negara dalam sehari.
Dilansir dari Reuters, lonjakan tajam kasus Covid-19 di AS yang bersamaan dengan musim panas membuat suasana di negeri adidaya itu tampak lebih suram.
Bahkan, sejumlah negara bagian terpaksa mengeluarkan kebijakan untuk menutup bar dan pantai-pantai populer guna mengekang kenaikan pasien Covid-19.
Dari data terbaru terlihat, hampir 10.000 kasus positif berada di Florida.
Sedangkan California dan Texas, masing-masing melaporkan lebih dari 7.000 kasus baru.
Sementara itu, Tennessee, Virginia Barat, dan Utah juga mencatatkan rekor kenaikan kasus harian baru.
Menurut analisis Reuters, dari kasus Covid-19 selama dua minggu terakhir, infeksi ini juga sudah melesat di 42 dari 50 negara, dibanding dua minggu sebelumnya.
Baca: Catat Rekor Baru Dunia, Ada Lebih dari 55 Ribu Tambahan Kasus Covid-19 di AS dalam Sehari
Baca: Trump Tuduh WHO Boneka China, PBB Umumkan Amerika Serikat Keluar dari WHO Mulai 6 Juli 2021
Hasil penghitungan AS terakhir di 59.060 pada akhir Rabu (8/7). Namun, jumlah tersebut belum final karena ada beberapa negara bagian yang belum melaporkan.
Rekor penambahan kasus virus corona di AS terjadi pada Jumat (3/7). Kala itu ada 56.818 kasus baru yang dilaporkan dalam sehari
Setelah sempat menyangkal, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada Selasa (7/7/2020), mengakui virus corona penyebab Covid-19 bisa menular melalui perantara udara.
Sebelumnya, WHO sempat dikritik oleh ratusan ilmuwan karena dianggap meremehkan transmisi melalui udara.
Mereka mendesak agar WHO merevisi panduannya mengenai penanganan virus corona jenis baru ini.
Selama ini, WHO mengatakan virus bernama SARS-Cov-2 ini menyebar melalui percikan atau droplet yang dikeluarkan manusia dari hidung dan mulut.
"Kami telah membicarakan tentang kemungkinan transmisi udara dan transmisi aerosol sebagai jenis transmisi untuk Covid-19," kata Maria Van Kerkhove, pemimpin teknis WHO dalam penanganan Covid-19, dikutip dari Reuters.
Temuan bahwa virus ini bisa menyebar lewat udara pertama kali disampaikan melalui jurnal Clinical Infectious Diseases yang disusun oleh 239 ilmuwan dari 32 negara.
Jurnal tersebut menguraikan bagaimana partikel terkecil dari virus bisa bertahan cukup lama di udara sebelum akhirnya masuk melalui saluran pernapasan.
Atas temuan itulah sekelompok peneliti ini mendesak WHO untuk segera menerbitkan panduan baru dalam upaya mengatasi penyebaran virus yang sudah menyebar di seluruh dunia ini.
"Kami ingin mereka (WHO) mengakui bukti yang kami temukan," ungkap Jose Jimenez, ahli kimia dari University of Colorado yang ikut dalam penelitian.
Baca: Trump Tuduh WHO Boneka China, PBB Umumkan Amerika Serikat Keluar dari WHO Mulai 6 Juli 2021
Baca: Peneliti Ungkap Alasan Alat Kelamin Pria yang Terinfeksi Corona Bisa Ereksi 4 Jam Lebih Tanpa Libido