Viral Postingan Pelanggan Ojol Marah dan Tersinggung Dipanggil 'Kak', Apa yang Salah?

Penulis: Restu Wahyuning Asih
Editor: Putradi Pamungkas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tangkapan layar twitter seorang pelanggan ojol tersinggung dipanggil kak dan mengeluhkan ke akun resmi Grab Indonesia

Dilansir dari Kompas.com, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Rose Mini memberikan tanggapan terkait dengan ramainya masalah panggilan "kak" yang dilakukan oleh sang driver Grab tersebut.

Menurutnya, pemanggilan tertentu berpengaruh pada keinginan untuk menghormati orang lain ketika memanggil dengan panggilan tertentu.

Dalam kasus yang ramai di Twitter itu, Romy, begitu ia biasa disapa, menyebut panggilan 'kak' digunakan oleh driver kepada customer untuk menunjukkan penghormatan kepada customer yang tidak diketahui gender dan juga usianya.

"Daripada 'mas' atau 'mbak', kalau 'mas' sudah tertuju pada laki-laki, mbak tertuju pada perempuan," kata Romy saat dihubungi Kompas.com (5/7/2020).

Dia sendiri tidak melihat ada yang perlu dipermasalahkan dari panggilan 'kak' atau 'kakak'.

Pemanggilan "kak", menurut Romy, tidak serta merta menunjukkan adanya hubungan saudara, melainkan untuk lebih menghormati orang yang tidak dikenal.

"Kalau manggil nama, itu biasanya yang sudah punya hubungan dekat. Jadi, kalau misalnya ada yang manggil nama saya 'Hei, Romy' padahal saya belum terlalu kenal, tentu saya akan bertanya 'Siapa dia? Kok berani manggil nama saya begitu saja'," kata Romy.

Perbedaan konteks budaya

Dikonfirmasi terpisah, Dosen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Drajat Tri Kartono menyebut ada perbedaan konteks budaya dalam memahami panggilan ' kak' antara customer dan driver Grab.

"Kalau saya melihat, penolakan dia (customer) yang keras itu mengandung konsepsi tentang gender. Sepertinya dia merasa panggilan 'kak' itu adalah panggilan untuk kakak perempuan,"

"Maka kemudian dia menyebut istilah-istilah yang spesifik keperempuanan itu, karena dia merasa tidak dihargai sebagai laki-laki," jelas Drajat saat dihubungi Kompas.com (5/7/2020).

Hal itu terjadi karena perbedaan orientasi gender.

Dia (customer) merasa harus dihargai sebagai laki-laki, tetapi ia menganggap bahwa panggilan 'kak' itu untuk perempuan.

Sehingga, timbul selisih pemahaman karena perbedaan konteks pengetahuan dan konsep budaya.

Drajat juga menjelaskan bahwa panggilan-panggilan seperti 'kak', 'mas', 'mbak', muncul karena ada kesepakatan sosial kolektif di masyarakat.

Panggilan-panggilan tersebut, menurutnya muncul karena adanya nilai penghormatan serta kesopanan, juga untuk menghargai status seperti usia.

(TribunnewsWiki.com/Restu, Kompas.com/Jawahir Gustav Rizal)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ramai soal Pelanggan Ojol Marah Dipanggil "Kak", Apa Ada yang Salah?"



Penulis: Restu Wahyuning Asih
Editor: Putradi Pamungkas
BERITA TERKAIT

Berita Populer