Pemblokiran ini semakin membuat rumit bisnis Apple yang sejak pandemi mengalami kesulitan.
Pasukan komponen mereka dari China secara otomatis tertahan dan sulit didistribusikan.
Imbasnya perusahaan yang dirintis oleh Steve Jobs itu sempat menunda perilisan iPhone SE 2 beberapa waktu lalu.
Perilisan seri iPhone 12 juga dikabarkan akan diundur.
India sepertinya tidak main-main dengan tindakan agresif China.
Pertempuran Ladakh yang berpusat di lembah Galwan dengan menewaskan puluhan tentara ternyata membawa dampak psikologis tersendiri bagi India.
Negara yang dipimpin Perdana Menteri Narendra Modi itu pun semakin berniatan akan membalas China, meski dengan jalur yang berbeda dari cara-cara militer.
Baca: India Resmi Teken Pembelian 33 Jet Tempur dari Rusia Seharga Rp 35,2 Triliun
Baca: Muncul Flu Babi Jenis Baru di China, Simak Cara G4 Menular dari Hewan ke Manusia
India sendiri saat ini serius akan menyalakan "sinyal" perang dagang dengan negara manapun, termasuk dengan rival mereka China.
India berencana memberlakukan hambatan perdagangan yang lebih tinggi dan menaikkan bea impor pada sekitar 300 produk dari China dan dari negara lain.
Ini sebagai bagian dari upaya India melindungi bisnis dalam negeri.
Menurut pemberitaan Reuters, rencana tersebut telah dikaji setidaknya sejak April 2020 lalu, menurut dokumen pemerintah.
Kebijakan ini sejalan dengan pernyataan Perdana Menteri Narendra Modi yang baru-baru ini mengumumkan kampanye kemandirian untuk mempromosikan produk lokal.
Baca: India Kembali Tolak Klaim China Atas Status Kedaulatan Lembah Galwan di Ladakh, Himalaya
Baca: Buntut Tewasnya 20 Tentara India, Ormas Hindu Munnani Bakar Bendera China dan Rusak Smartphone
Baca: Pertemuan Trilateral India, China, Rusia Siap Digelar 23 Juni 2020 Bahas Konflik Perbatasan
Kementerian Keuangan dan Kementerian Perdagangan India, yang terlibat dalam diskusi, tidak menanggapi permintaan komentar soal rencana ini.
Pemerintah India sedang mempertimbangkan menaikkan bea impor pada 160-200 produk dan memberlakukan hambatan non-tarif, seperti persyaratan lisensi atau pemeriksaan kualitas yang lebih ketat, pada 100 produk lainnya, menurut seorang pejabat yang tak disebutkan namanya.
Keputusan itu akan menargetkan impor senilai US$ 8 miliar-US$ 10 miliar dengan tujuan menghalangi impor berkualitas rendah yang tidak esensial yang membuat produk India tidak kompetitif.
"Kami tidak menargetkan negara mana pun, tetapi ini adalah salah satu cara untuk mengurangi defisit perdagangan dengan negara-negara seperti China," kata pejabat India lain yang mengetahui soal rencana ini.
Perdagangan bilateral antara Cina dan India bernilai US$ 88 miliar pada tahun fiskal yang berakhir Maret 2019, dengan defisit perdagangan sebesar US$ 53,5 miliar.
Antara April 2019 dan Februari 2020, data terbaru yang tersedia, defisit perdagangan India dengan China mencapai US$ 46,8 miliar.
Menurut pemberitaan Reuters, dari sumber di kalangan industri yang mengetahui masalah tersebut mengatakan bahwa barang-barang teknik, elektronik, dan beberapa peralatan medis termasuk di antara barang-barang yang dipertimbangkan dalam rencana tersebut.