Menurut dia, apa yang disampaikan Jokowi kali ini bukanlah drama semata.
"Kemudian beliau mengatakan, apa mau dilihat rakyat mati dulu baru cair."
"Sepandai-pandainya Pak Jokowi membuat drama tapi menurut saya mungkin ini bukan drama ya," kata Fahri.
Selanjutnya, soal kejujuran Jokowi yang menyebut tidak ada progres signifikan yang dilakukan oleh para menterinya.
Fahri menilai, bahwa pernyataan presiden itu bukan drama, karena tak mungkin seorang presiden berbicara sembarangan di depan seluruh rakyatnya.
"Yang terakhir, sejujurnya saya katakan tidak ada progres, ini kata-kata presiden, ya sedrama-dramanya kan nggak boleh presiden kemudian ngawur dalam kata-kata."
"Sebab dia dengar oleh rakyat dan dipertimbangkan oleh yang beliau ulang-ulang berkali-kali, 267 juta rakyat Indonesia," jelasnya.
Terakhir, Fahri menyinggung soal presiden yang siap mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu).
Padahal, menurut dia, Perppu adalah pintu dari sebuah kedaruratan.
"Karena kuasa membuat undang-undang itu dalam konstitusi negara kita itu adanya di DPR tapi presiden mengambil itu," ungkap dia.
Dari pernyataan presiden tersebut, Fahri menyimpulkan, bahwa Presiden Jokowi tengah merasa ada kedarutan yang terjadi di Indonesia.
"Jadi saya merasa presiden ini merasa ada kedaruratan," tegasnya.
Diberitakan sebelumnya, ancaman perombakan kabinet tiba-tiba muncul di tengah pandemi Covid-19.
Hal itu diungkapkan Jokowi saat membuka Sidang Kabinet Paripurna, di Istana Negara, Kamis (18/6/2020).
Ancaman reshuffle itu muncul setelah Jokowi merasa kinerja para menterinya masih biasa-biasa saja, padahal dalam situasi krisis seperti sekarang ini.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Kuliti Pernyataan Jokowi, Fahri Hamzah: Sepandai-pandainya Jokowi Buat Drama, Tapi Ini Bukan Drama