"Itu yang mereka dapatkan oleh seseorang ketika masuk ke komunitas itu," ujar Hudan kepada Tribunnews, Jumat (26/6).
Hudan pun juga memberikan pernyataan tambahan, padahal tujuan membuat grup untuk mewadahi korban pelakor atau istri yang dimadu.
Tetapi, tujuan tersebut beralih fungsi karena pembuatnya menjadikan grup terbuka untuk umum.
"Jadi yang tadi ditujukan untuk mewadahi istri yang sedih, ternyata komunitas itu dimanfaatkan para pelakor."
"Tetapi namanya media sosial, tidak bisa diseleksi sehingga konsekuensinya begitu, menjadi beralih fungsi karena kita tidak bisa kontrol juga," terang Hudan.
Baca: Lihat Selingkuhan Suami, Istri Pukul dan Telanjangi Pelakor di Jalan, Si Pria Mati-matian Lindungi
Mengontrol sosial media memang sulit dilakukan.
Namun, masyarakat dapat mengontrol diri supaya tidak terjerumus ke dalam kesesatan sebuah grup.
Lantas, langkah apa yang bisa diambil supaya warganet mengantisipasi hal tersebut?
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Bimbingan dan Konseling UMM ini mengklaim, pentingnya peran orang tua agar terlibat dalam mendidik anak.
Apalagi untuk menyeleksi informasi yang pantas diberikan kepada anak.
"Kuncinya ada di pendidikan dari orang tua, seperti mendidik anak dengan benar dan lebih kuatnya peran sekolah," tandas Hudan.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews dengan judul Heboh Muncul Komunitas Pelakor Indonesia di Facebook Berisi Curhatan, Ini Tanggapan Psikolog