Tuding China Sebarkan Virus Corona Ke Amerika, Pejabat Gedung Putih: Hubungan Dagang Berakhir

Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: Melia Istighfaroh
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI - WASHINGTON, DC - MEI 06: Ketika pandemi coronavirus novel berlanjut di Amerika Serikat, Presiden Donald Trump berbicara kepada para wartawan setelah menandatangani proklamasi menghormati Hari Perawat Nasional di Kantor Oval di Gedung Putih di Gedung Putih 06 Mei 2020 di Washington, DC. Dengan lebih dari satu juta orang di Amerika Serikat terinfeksi COVID-19 dan puluhan ribu orang meninggal karena virus, perawat telah berada di garis depan perawatan untuk pasien di seluruh negeri.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Amerika Serikat kembali menuding China sebagai penyebar virus corona di negaranya.

Diberitakan Kontan dari Reuters, kini giliran Penasihat Perdagangan Gedung Putih Peter Navarro yang buka suara.

Navarro yang geram terhadap China, mengatakan hubungan dagang kedua negara telah berakhir.

"Ini sudah berakhir," Navarro mengatakan kepada Fox News dalam sebuah wawancara ketika ditanya tentang perjanjian perdagangan.

Peter Navarro menyebut hal itu dilatarbelakangi datangnya delegasi China pada 15 Januari 2020.

Ia menuding mereka mengakibatkan wabah corona di AS.

"Pada saat mereka telah mengirim ratusan ribu orang ke negara ini untuk menyebarkan virus itu, dan hanya beberapa menit setelah roda ketika pesawat itu lepas landas, kami mulai mendengar tentang pandemi ini," kata Navarro.

Selain Presiden AS, Navarro merupakan pejabat AS yang paling santer menghujani China dengan kritik dan tudingan.

Hubungan Tersembunyi Trump dengan China

Bagian atas terlihat sebagian kosong ketika Presiden AS Donald Trump berbicara selama kampanye di BOK Center pada 20 Juni 2020 di Tulsa, Oklahoma. Ratusan pendukung berbaris lebih awal untuk reli politik pertama Donald Trump dalam beberapa bulan, mengatakan risiko tertular COVID-19 di arena yang besar dan penuh sesak tidak akan membuat mereka tidak mendengar pesan kampanye presiden. (Nicholas Kamm / AFP)

Baca: Gara-gara Pengguna TikTok, Kampanye Donald Trump Jadi Sepi: Borong Tiket Tapi Tak Datang Ke Acara

Kendati sering adu kritik, mantan pejabat AS John Bolton ungkap hubungan khusus Trump dan Xi Jinping dalam bukunya.

Hal ini membuat Trump berupaya agar penerbitan buku John Bolton bisa dihentikan.

Donald Trump geram lantaran mantan Penasihat Keamanan Nasional AS itu membeberkan berbagai informasi rahasia dalam bukunya.

Diberitakan Tribunnews, Menlu AS Mike Pompeo menuding Bolton sebagai pengkhianat.

"Saya belum membaca buku itu, tetapi dari kutipan-kutipan yang diterbitkan, John Bolton menyebarkan sejumlah kebohongan dan kepalsuan. Sangat menyedihkan dan berbahaya. John Bolton melakukan peran sebagai pengkhianat yang merusak Amerika," kata Pompeo dalam sebuah pernyataan, Jumat (18/6/2020)

Meski demikian, hakim di AS telah menolak permintaan Trump untuk menghentikan penerbitan memoar John Bolton, seperti diberitakan BBC, Sabtu (20/6/2020).

Presiden AS Donald Trump berbicara selama pengarahan harian tentang virus corona baru, COVID-19, di Taman Mawar Gedung Putih pada 15 April 2020, di Washington, DC. (Mandel NGAN / AFP)

Baca: Gara-Gara Netflix dan Zoom, Presiden AS Donald Trump Marah Terhadap Pemerintah Indonesia, Ada Apa?

Hakim Pengadilan Distrik Washington DC Royce Lamberth tak menampik jika tulisan Bolton bisa 'melukai' negaranya sendiri.

Ratusan ribu eksemplar buku The Room Where It Happened telah dicetak dan siap didistribusikan Selasa mendatang.

Terkait hal ini, pengacara Departemen Kehakiman AS berpendapat Bolton melanggar kewajibannya untuk melakukan peninjauan prapublikasi.

Namun pihak Bolton melalui pengacaranya dengan tegas menolak klaim tersebut.

Mereka bersikeras telah melakukan peninjauan dengan seksama.

Halaman
123


Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: Melia Istighfaroh
BERITA TERKAIT

Berita Populer