China belum mengatakan di depan umum mengenai alasan mereka meningkatkan aktivitasnya di dekat Taiwan.
Sebelumnya, Tiongkok menggambarkannya sebagai latihan rutin dan bermaksud menunjukkan tekad untuk mempertahankan kedaulatannya.
Angkatan Udara Taiwan, yang memodernisasi jet tempur F-16 buatan Amerika Serikat, secara rutin berpatroli di atas Selat Taiwan yang sensitif, yang memisahkan wilayahnya dari tetangganya yang jauh lebih besar, China.
China sejauh ini tidak pernah menggunakan kekuatan untuk membawa Taiwan di bawah kendalinya, meskipun pulau itu tidak menunjukkan keinginan untuk ada di bawah perintah Beijing.
China telah meningkatkan aktivitas militernya, termasuk mengirim kapal induk di dekat wilayahnya, sejak Tsai Ing-wen terpilih kembali sebagai Presiden Taiwan pada pemilihan Januari lalu.
Meski begitu, Taiwan tidak gentar.
Dalam pidato pelantikannya untuk masa jabatan keduanya dan terakhir pada 25 Mei lalu, Tsai menegaskan bahwa Taiwan adalah negara merdeka yang dia sebut sebagai Republik China, dan tidak ingin menjadi bagian dari Republik Rakyat Tiongkok.
Taiwan terus memperkuat pertahanannya.
Baca: Pertemuan Trilateral India, China, Rusia Siap Digelar 23 Juni 2020 Bahas Konflik Perbatasan
Melansir Reuters, Kementerian Pertahanan Taiwan pada 28 Mei 2020 lalu mengumumkan rencana membeli rudal anti-kapal Harpoon dari Amerika Serikat (AS).
Lalu, AS juga menyampaikan rencana penjualan torpedo ke Taiwan senilai US$ 180 juta.
Sebagai negara raksasa, jelas China memiliki keunggulan militer secara numerik yang sangat besar.
Bahkan, negeri tembok raksasa membuat peralatan tempur canggih sendiri, seperti pesawat pembom siluman dan kapal induk.
Berikut peta kekuatan militer Taiwan dan China, mengutip situs Armed Forces:
Anggaran militer dan jumlah tentara
Angkatan darat
Angkatan udara
Angkatan laut
Hulu ledak nuklir
Sebagian artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Ancaman dari China kian besar, Taiwan produksi pesawat tempur sendiri"