Sebagai informasi, antibodi merupakan protein pelindung yang dihasilkan tubuh dalam merespons infeksi.
Pada pasien Covid-19, antibodi yang terbentuk hanya bertahan dua hingga tiga bulan, terutama bagi orang tanpa gejala (OTG).
Melansir New York Times, kesimpulannya bukan berarti bahwa para pasien sembuh ini dapat terinfeksi untuk kedua kalinya.
Bahkan, tingkat rendah dari antibodi masih bisa melindungi dari infeksi, seperti juga sel T dan sel B pada sistem kekebalan tubuh.
Sel T adalah sel yang berperan mematikan virus, sedangkan sel B memiliki peran untuk merekam jenis infeksi dan mengembangkan antibodi yang sesuai.
Namun, yang perlu digarisbawahi adalah bahwa pasien yang berhasil sembuh dari Covid-19 tidak serta merta menjadi kebal.
Baca: Uji Coba Vaksin Corona Buatan AS ini Hasilkan Antibodi Pelindung, Berikan Secercah Harapan
Baca: Ilmuwan China Temukan Dua Antibodi yang Potensial untuk Pengobatan Covid-19
Sementara itu, antibodi terhadap virus corona lain, termasuk yang menyebabkan SARS dan MERS, diperkirakan bertahan sekitar satu tahun.
Para ilmuwan berharap antibodi terhadap virus corona baru ini juga bisa bertahan setidaknya dalam waktu yang sama.
Dalam studi terbaru ini, para peneliti membandingkan 37 orang tanpa gejala (OTG) dengan 37 orang yang memiliki gejala di Distrik Wanzhou, China.
Hasilnya, mereka menemukan bahwa OTG memiliki respons yang lebih lemah terhadap virus dibandingkan mereka yang memiliki gejala.
Tingkat antibodi pada 40 persen OTG turun hingga ke tingkat tidak terdeteksi, sedangkan pada orang yang memiliki gejala hanya 13 persen yang mengalami penurunan tingkat antibodi.
Meski demikian, perlu dicatat bahwa penelitian ini mengambil sampel dalam jumlah kecil dan para peneliti tidak memperhitungkan perlindungan dari sel-sel kekebalan yang bisa melawan atau mengembangkan antibodi baru untuk merespon serangan virus.
“Sebagian besar orang pada umumnya tidak menyadari sel T, sehingga sebagian besar penelitian telah difokuskan pada tingkat antibodi,” kata Angela Rasmussen, seorang ahli virus di Universitas Columbia.
Terlepas dari sel T yang dapat membunuh virus seketika, orang yang telah terinfeksi juga dapat mengembangkan apa yang disebut sebagai sel B memori yang dapat dengan cepat meningkatkan produksi antibodi saat dibutuhkan.
"Jika mereka menemukan virus lagi, mereka (sel B) ingat dan mulai membuat antibodi dengan sangat, sangat cepat," kata Florian Krammer, seorang ahli virus di Fakultas Kedokteran Icahn di Mount Sinai.
Baca: WHO Peringatkan soal Tes Antibodi Tidak Menjamin Pasien Covid-19 yang Pulih Bisa Terinfeksi Lagi
Baca: Vaksin Polio Disebut Mampu Berikan Perlindungan Sementara Terhadap Virus Corona, Ini Penjelasannya
Vaksin sangat penting Akiko Iwasaki, seorang ahli imunologi virus di Universitas Yale, menyebutkan bahwa hasil studi ini memberi gambaran tentang pentingnya mengembangkan vaksin yang kuat, karena antibodi yang terbentuk secara alami ternyata tidak optimal dan tidak bertahan lama.
“Laporan-laporan ini menyoroti perlunya mengembangkan vaksin yang kuat, karena kekebalan yang berkembang secara alami selama infeksi tidak optimal dan berumur pendek pada kebanyakan orang,” kata Iwasaki.
"Kita tidak bisa mengandalkan infeksi alami dan pembentukan antibodi secara alami untuk mencapai herd immunity," tambahnya.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Saat PM India Promosikan Yoga untuk Perangi Virus Corona..."