Ciri-ciri Orang Hiperseksual beserta Cara Mengatasinya, Apa Perbedaannya dengan Libido Tinggi?

Penulis: Ika Wahyuningsih
Editor: Ekarista Rahmawati Putri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi pasangan bermesraan

Dokter spesialis jiwa atau psikolog pun telah menentukan kteria tertentu untuk menetapkan mengeni seseorang mengidap hiperseksual atau tidak. 

Orang dianggap mengidap kecanduan seks jika  menunjukkan setidaknya tiga dari deretan kriteria berikut dalam kurun waktu 12 bulan:

  • Frekuensi dan intensitas perilaku kecanduan seks akan meningkat demi mencapai kepuasan yang diinginkan.
  • Terus melakukan aktivitas seksual dengan intensitas yang sama tidak berhasil menimbulkan kepuasan.
  • Ketika berhenti melakukan aktivitas seks, penderita akan mengalami gangguan psikologis dan fisiologis.
  • Penderita harus kembali melakukan aktivitas seksual untuk mengatasi gangguan psikologis atau fisiologis yang dialami.
  • Punya keinginan untuk mengendalikan dorongan dan perilaku seksual, tapi selalu gagal untuk menerapkannya.

Alasan hiperseksual bisa terjadi

Kadar zat kimiawi otak yang terlalu tinggi mungkin mempunyai hubungan dengan perilaku seksual kompulsif alias hiperseksual.

Tidak diketahui dengan jelas apa penyebab hiperseksual atau perilaku kecanduan seks.

Tapi beberapa di bawah ini diduga bisa menjadi pemicunya:

1. Ketidakseimbangan kimiawi otak alami

Beberapa zat kimiawi otak atau neurotransmitter, seperti serotonin, dopamine dan norepinefrin, berfungsi mengatur suasana hati. Kadar zat kimiawi otak yang terlalu tinggi mungkin berkaitan dengan perilaku seksual kompulsif alias hiperseksual.

2. Perubahan pada jalur-jalur di otak

hiperseksual adalah suatu bentuk kecanduan yang lama-kelamaan bisa mengubah sirkuit saraf di otak, terutama pada area otak yang mengatur penguatan dan kenikmatan.

Seiring waktu, akan dibutuhkan stimulasi dan konten seksual yang lebih intens untuk mencapai kepuasan.

3. Kondisi medis yang berpengaruh pada otak

Sebagian penyakit tertentu dapat merusak bagian otak yang terkait dengan perilaku seksual, contohny sperti epilepsi dan demensia.

4. Obat-obatan tertentu

ILUSTRASI peneliti tengah uji obat yang diyakini bisa sembuhkan Covid-19 (pixabay.com)

Penggunaan obat-obatan untuk penyakit tertentu juga bisa menimbulkan efek perilaku seksual kompulsif.

5. Akses konten seksual dan pornografi

Jaman sekarang berselancar internet bukanlah hal yang mewah lagi, akses terhadap konten seksual dan pornografi juga dikatakan turut meningkatkan risiko terjadinya gangguan hiperseksual.

Orang-orang yang memunyai masalah kecanduan alkohol atau narkoba, mengalami gangguan suasana hati, konflik keluarga, atau pernah mengalami kekerasan seksual juga dikatakan lebih rentan mengidap hiperseksual.

Baca: Menjawab Mitos Wanita Berbulu Lebat Punya Gairah Seksual Tinggi, Benarkah? Ini Penjelasannya

Cara menangani hiperseksual

Untuk menangani pengidap hiperseksual, umumnya diperlukan kombinasi psikoterapi, obat-obatan dan terapi dalam kelompok (support group).

Halaman
123


Penulis: Ika Wahyuningsih
Editor: Ekarista Rahmawati Putri
BERITA TERKAIT

Berita Populer