"Tampaknya, anak-anak sudah ingin segera sekolah, mereka mulai jenuh di rumah saja. Mereka, rindu kebersamaan dengan teman-temannya,"kata Retno.
Sementara itu, sebanyak 18.111 responden guru (54%) menyatakan setuju sekolah dibuka pada Juli 2020. Sisanya, menolak sekolah dibuka 46%. "Guru yang setuju dan tidak setuju berbeda tipis, hanya sekitar 8%, tetapi tetap lebih banyak yang setuju. Kemungkinan para guru juga sudah rindu murid-muridnya," tutup Retno.
Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Dirjen Pendidikan Tinggi Kemendikbud Aris Junaedi mengatakan, perkembangan teknologi saat ini mendorong eksistensi pendidikan jarak jauh. Sehingga, siswa lebih fleksibel belajar mandiri di tengah pandemi Covid-19.
Terlebih, memasuki new normal ini perlunya menjaga jarak untuk memutus rantai penyebaran virus corona. "Physical distancing menjadi sebuah keharusan dalam berbagai aktivitas, termasuk bidang pendidikan," kata Aris.
Aris menambahkan, diperlukan fasilitas pendukung agar proses pendidikan jarak jauh dapat diselenggarakan dengan baik. Kemendikbud memiliki berbagai program kegiatan terkait pendidikan jarak jauh ini.
Di antaranya, menyediakan platform pembelajaran daring untuk dimanfaatkan oleh perguruan tinggi dan mengakses langsung sumber pembelajaran dari perguruan tinggi lain di www.spada.kemdikbud.go.id. "Sementara, bagi perguruan tinggi dengan keterbatasan online resources, DIkti menyediakan kuliahdaring.kemdikbud.go.id," ucapnya.
Kemudian, lanjut Aris, dilakukan juga kerja sama dengan provider telekomunikasi untuk menyediakan akses internet gratis/berbiaya murah bagi dosen dan mahasiswa. "Ada juga pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dalam menciptakan materi atau konten pembelajaran daring bagi dosen," jelasnya, dikutip Tribun Jateng.
-
Sebagian Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Siswa di Daerah Zona Hijau Boleh Tak Datang ke Sekolah, Orangtua Mesti Lapor"