Akibat Pandemi Corona, Australia Alami Resesi Pertama Kalinya dalam 3 Dekade, Bagaimana Indonesia?

Penulis: Maghita Primastya Handayani
Editor: Putradi Pamungkas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Di tengah imbauan untuk tetap berada di rumah, warga Queensland, Australia dideksa untuk mengikuti pemilihan umum atau denda, Foto: Beberapa orang berjalan di Circular Quay di luar Opera House di Sydney pada 25 Maret 2020. Banyak warga menjauh dari kerumunan karena pembatasan untuk menghentikan penyebaran wabah virus coronavirus COVID-19 di seluruh dunia. Akibat pandemi corona, Australia alami resesi pertama kalinya sejak 29 tahun atau hampir 3 dekade ini.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Perekonomian Australia untuk pertama kalinya sejak 3 dekade lalu mengalami resesi.

Resesi yang dialami oleh Australia tersebut merupakan dampak dari pandemi corona atau Covid-19.

Seperti yang diberitakan oleh CNN,  Biro Statistik Australia menginformasikan bahwa perekonomian Australia turun drastis 0,3 persen.

Pertumbuhan negatif tersebut tercatat mulai pada tiga bulan pertama di kuartal awal tahun ini.

Baca: Resesi

Baca: Bangkit dari Resesi, Pemerintah Jerman Sudah Izinkan Pertokoan Buka di Sejumlah Daerah

Rabu ini, bendahara Josh Frydenberg memperingatkan bahwa PDB diperkirakan akan menyusut pada April-Juni.

Sehingga akan terjadi kontraksi lanjutan di kuartal kedua untuk Australia dimana pertumbuhan negatif akan kembali terjadi.

Pembatasan sosial pandemi corona dikatakan menjadi alasan utama mengapa akhinya Australia mengalami resesi pertama kalinya sejak 29 tahun.

Meski mengalami resesi, Frydenberg mengatakan Australia berhasil menghindari adanya dampak ekonomi maupun kesehatan dari negara lain.

Misalnya ketika suatu negara memberikan stimulus ekonomi.

Ben Udy, Ekonom dari Capital Economics untuk Australia dan Selandia Baru mengatakan mengatakan, PDB Australia diprediksi anjlok sebesar 9 persen pada kuartal kedua tahun ini.

"PDB sudah mengalami penurunan sebelum adanya pembatasan sosial akibat pandemi corona sebelum akhirnya kembali terjun di kuartal kedua tahun ini," jelas Udy.

Dijelaskan Udy, terjadinya tekanan ekonomi di kuartal sebelumnya diakibatkan karena adanya menurunnya angka konsumsi warga.

Hal tersebut lantaran warga mulai melakukan pembatasan sosial sehingga kegiatan perekonomian juga turut terganggu.

Tak hanya itu, Udy juga mengatakan prediksinya bahwa tingkat konsumsi tersebut akan terus menurun sebanyak 20 persen.

Alasannya, saat ini rumah tangga mulai berhenti melakukan panic buying pada produk pangan.

Selain itu, adanya larangan berwisata dan kegiatan jual-beli atau ritel secara langsung mulai diberlakukan.

Meski demikian, Australia masih memiliki harapan karena harga bijih besi naik dan bisa mendukung investasi pertambangan.

Namun, perusahaan non tambang secara signifikan mulai mengurangi rencana investasi mereka saat ini.

Bagaimana dengan Indonesia?

Presiden Joko Widodo mengikuti KTT Luar Biasa G20 secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor, Kamis (26/3/2020) malam. Jokowi didampingi Menteri Luar Negeri Retno Marsudi (kiri) dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (kanan). (Kompas.com/Dokumen Istana Negara)

Wabah penyakit kerap diikuti dengan adanya resesi ekonomi, yakni kondisi dimana adanya penurunan yang signifikan terhadap kegiatan perekonomian.

Halaman
123


Penulis: Maghita Primastya Handayani
Editor: Putradi Pamungkas

Berita Populer