Namun, cara ini harus diimbangi dengan berolahraga.
Ada satu teori menyatakan bahwa berolahraga sampai mencapai sekitar 60% dari detak jantung maksimum akan membawa tubuh kita ke dalam apa yang disebut "zona pembakaran lemak".
Hal ini berujung pada penurunan berat badan.
Sebelum masuk ke “zona pembakaran lemak”, penting untuk memahami metabolisme tubuh.
Baca: Inilah 10 Tips Menurunkan Berat Badan Tanpa Olahraga: Matikan Lampu saat Tidur hingga Hindari Polusi
Baca: 6 Tips Cara agar Berat Badan Tidak Naik saat Bulan Puasa, Kurangi Makan Manis hingga Rutin Olahraga
Faktanya tubuh selalu melakukan metabolisme.
Bahkan ketika duduk di meja sepanjang hari, tubuh masih membutuhkan bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan energi.
Energi tersebut berasal dari karbohidrat, protein, lemak, dan fosfat.
Akan tetapi, tingkat penggunaannya dan mengenai jumlah yang dimiliki, berbeda-beda pada orang.
Hal ini tergantung pada sejumlah faktor, seperti asupan makanan, usia, jenis kelamin dan seberapa keras atau sering berolahraga.
Dilansir Tribunnewswiki dari Asiaone, olahraga dengan intensitas lebih rendah, seperti jogging ringan tidak akan memerlukan banyak tenaga dibanding berlari cepat.
Hal ini berarti jumlah energi yang dibutuhkan oleh tubuh lebih rendah, jadi pasokan energi sebagian besar berasal dari lemak.
Namun dengan meningkatnya intensitas olahraga, lemak tidak bisa dibakar dengan cukup cepat untuk memenuhi peningkatan permintaan energi.
Oleh sebab itu, tubuh akan menggunakan karbohidrat, sebab bisa diolah lebih cepat.
Sedangkan, saat beristirahat, jumlah kalori yang diperlukan tubuh untuk berfungsi sangat rendah, jadi tubuh terutama menggunakan lemak sebagai energi.
Untuk mereka yang rutin berolahraga tidak perlu mengoptimalkan kemampuan untuk memetabolisme lemak, sebab saat intensitas latihan meningkat, maka ada perubahan bertahap dalam keseimbangan lemak dan karbohidrat yang diperlukan tubuh untuk menghasilkan energi.
Baca: Resolusi Diet Tak Pernah Terjadi? Josie Bagikan Kisahnya Turunkan Berat Badan 63 kg dalam Setahun
Dengan demikian, maka dapat mengetahui pada titik mana tubuh akan beralih dari menggunakan lemak ke bahan bakar lain untuk energi.
Para ahli fisiologi juga menjelaskan, dengan mengukur sebarapa banyak udara yang dikeluarkan seseorang selama berolahraga yang semakin tinggi tingkatannya, maka bisa dihitung kontribusi relatif dari lemak dan karbohidrat demi memenuhi permintaan olahraga pada intensitas yang berbeda.
Jumlah tertinggi lemak terbakar dinamakan laju oksidasi lemak maksimal (atau MFO), dan intensitas tersebut terjadi disebut dengan "FATmax".
Sejak metode ini pertama kali diterapkan, penelitian menunjukkan bahwa saat intensitas meningkat dari sekitar 40% sampai 70% VO2max (yang adalah jumlah maksimum oksigen yang bisa digunakan seseorang selama berolahraga) ada peningkatan juga dalam tingkat karbohidrat dan lemak yang digunakan.