Tak Lagi Merah, Peta Sebaran Covid-19 di Surabaya Kini Berwarna Hitam, Apa Artinya?

Penulis: Amy Happy Setyawan
Editor: haerahr
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dalam peta sebaran Covid-19 di Jawa Timur, Kota Surabaya terlihat berwarna hitam sejak empat hari terakhir. (Tangkapan layar)

Sementara itu, Joni mengatakan, jumlah kasus Covid-19 di Kota Surabaya tercatat menjadi yang paling banyak di antara daerah lain di kawasan Surabaya Raya.

Hari pertama PSBB di Surabaya, Sidoarjo dan Gresik, Selasa (28/4/2020), petugas menyemprot disinfektan ke pengendara. (surya/sugiharto) (surya/sugiharto)

Baca: Berpenduduk 97 Juta Jiwa, Bagaimana Negara Ini Sukses Catatkan Nol Kasus Kematian Akibat Covid-19?

Penjelasan Epidemiolog

Faktor lonjakan kasus positif di Jawa Timur menurut Epidemiolog dari FKM UI, Pandu Riono, ada 2 pengaruh.

Ia mengatakan jika terjadinya tren peningkatan jumlah kasus di luar DKI Jakarta yang bergeser ke Jatim dan wilayah luar Pulau Jawa bisa terjadi karena dua faktor.

"Dua faktor yang berpengaruh karena banyak orang yang mudik atau mudik balik, dan peningkatan kapasitas tes pada penduduk yang berisiko," kata Pandu saat dihubungi Kompas.com, Minggu (31/5/2020).

Tidak hanya itu, Pandu juga merasa peningkatan kasus positif Covid-19 di Jatim berbanding lurus dengan tes masal yang terus dilakukan oleh pemkot.

Sementara menurut Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo, lonjakan kasus positif di Jawa Timur disebabkan oleh adanya empat klaster sumber penyebaran.

Ke empat klaster tersebut menjadi sangat aktif dalam tingkat penyebaran virus corona di sana.

"Jawa Timur ini termasuk daerah yang potensi dari klaster tertentu sangat tinggi. Antara lain dari Gowa, kemudian jemaah tabligh, termasuk juga yang berasal dari dalam, yaitu Pesantren Temboro dan pabrik Sampoerna," ujar Doni, seperti diberitakan Kompas.com, Rabu (27/5/2020).

Gugus Tugas beserta Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur terus melacak orang-orang yang terlibat kontak dengan empat klaster tersebut.

ilustrasi kasus virus corona di Indonesia (Kolase TribunKaltim.co / Tribun Bali dan freepik.com)

Pemerintah pusat juga memberikan dukungan agar kurva penularan Covid-19 di Jawa Timur bisa melandai.

Dukungan dari pemerintah pusat berupa dua mobile unit polymerase chain reaction (PCR) laboratorium yang masing-masing berkapasitas empat mesin.

Kedua mobile unit PCR laboratorium itu bisa mengetes 800 spesimen dalam sehari yang berarti peningkatan dalam hal kapasitas tes yang bisa dilakukan

Pandu menambahkan, dengan adanya peningkatan kapasitas tes ini, maka deteksi dan pelacakan pasien positif bisa lebih mudah dilakukan.

"Sehingga, kalau ada kabupaten atau kota yang nol kasus atau sedikit, mungkin disebabkan tes yang sedikit juga. Jangan senang dulu," kata Pandu mengingatkan.

Baca: Berpenduduk 97 Juta Jiwa, Bagaimana Negara Ini Sukses Catatkan Nol Kasus Kematian Akibat Covid-19?

Baca: Studi : 1 dari 10 Pasien Covid-19 yang Menderita Diabetes Meninggal dalam Waktu Sepekan

Epidemiolog dari UI tersebut juga menyebutkan jika saat ini belum waktu yang tepat bagi Jatim untuk melonggarkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Terlebih lagi, melihat paparan data-data penyebaran beberapa hari terakhir yang terus mengalami peningkatan yang cukup tajam.

"Jatim belum memenuhi syarat utama dari epidemiologi (untuk melakukan pelonggaran batasan), bahwa penularan belum terkendali," kata Pandu.

Untuk mencapai status terkendali, syarat utama yang harus dipenuhi adalah tren penurunan jumlah kasus yang konsisten selama dua minggu pengamatan

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Surabaya Jadi Zona Hitam, Apa yang Terjadi?" dan artikel  judul "Mengapa Kasus Covid-19 di Jawa Timur Melonjak? Ini Penjelasan Epidemiolog..." 



Penulis: Amy Happy Setyawan
Editor: haerahr
BERITA TERKAIT

Berita Populer