Pengumuman ini datang sebagai wabah Ebola yang panjang, sulit dan kompleks di Republik Demokratik Kongo timur dalam fase terakhir.
Sementara negara itu juga memerangi COVID-19 dan wabah campak terbesar di dunia.
Dilansir oleh WHO, informasi awal ini beradal dari Kementerian Kesehatan setempat.
"Kami memiliki epidemi Ebola baru di Mbandaka," kata Menteri Kesehatan Eteni Longondo kepada wartawan, seperti diutip dari Reuters, Senin.
"Kami akan dengan cepat mengirim mereka vaksin dan obat-obatan,” lanjutnya.
Mereka mengatakan bahwa enam kasus Ebola telah terdeteksi sejauh ini di Wangata.
Dari enam kasus tersebut, empat diantaranya meninggal dunia dan dua masih adalam perawatan.
Baca: Republik Kongo
Baca: Dokter di Italia Ungkap Virus Corona Telah Melemah dan Berbeda Dibanding 2 Bulan yang Lalu
Tiga dari enam kasus ini telah dikonfirmasi dengan uji laboratorium.
Kemungkinan lebih banyak orang akan diidentifikasi dengan penyakit ini karena kegiatan pengawasan meningkat.
"Ini adalah pengingat bahwa COVID-19 bukan satu-satunya ancaman kesehatan yang dihadapi orang," kata Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO, Senin.
“Meskipun banyak perhatian kita tertuju pada pandemi, WHO terus memantau dan menanggapi banyak keadaan darurat kesehatan lainnya,” lanjut dia.
Negara ini tercatat tidak hanya sekali didera virus ebola.
Virus ini ditemukan di negara itu pertama kali pada 1976.
Kota Mbandaka dan daerah sekitarnya adalah tempat wabah Ebola ke-9 dari Republik Demokratik Kongo, yang terjadi sejak Mei hingga Juli 2018.
Virus Ebola menyebabkan demam berdarah dan menyebar melalui kontak langsung dengan cairan tubuh dari orang yang terinfeksi, yang menderita muntah dan diare parah.
Penemuan ini merupakan pukulan besar bagi Republik Demokratik Kongo, yang telah menderita tiga wabah Ebola sejak 2017.
Baca: Ebola
Baca: Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)
Ini juga memerangi epidemi campak yang telah menewaskan lebih dari 6.000 dan COVID-19, yang telah menginfeksi lebih dari 3.000 dan membunuh 71.
"Itu terjadi pada saat yang penuh tantangan.
Tetapi WHO telah bekerja selama dua tahun terakhir dengan otoritas kesehatan, CDC Afrika dan mitra lainnya untuk memperkuat kapasitas nasional untuk menanggapi wabah," kata Dr Matshidiso Moeti, Direktur Regional WHO untuk Afrika.