Puncak Kedua Pandemi Covid-19 Dinilai Lebih Berbahaya, Adakah Cara untuk Meredamnya?

Penulis: Amy Happy Setyawan
Editor: Archieva Prisyta
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejumlah negara di dunia mulai melakukan buka tutup kebijakan pembatasan sosial COVID-19. Langkah uji coba ini dilakukan untuk memperbaiki perekonomian negara. Foto: Seorang perempuan mengenakan masker dan mengendarai sepeda di Hollywood Blvd yang sepi di tengah pandemi virus corona pada 15 April 2020 di Los Angeles, California.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mewanti-wanti daerah dengan kasus infeksi virus corona menurun masih bisa menghadapi puncak kedua pandemi Covid-19 jika abai pada tindakan pencegahan yang konkret.

WHO juga memberikan sebuah gambaran tentang pandemi corona selama beberapa bulan ke depan.

Sementara kita masih hidup melalui gelombang pertama pandemi, dan kasus-kasus masih meningkat, infeksi bisa melonjak tiba-tiba dan secara signifikan "kapan saja."

"Kita mungkin mendapatkan puncak kedua (pandemi) dengan cara ini," kata Dr. Mike Ryan, direktur eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan WHO pada Senin (25/5/2020) seperti dikutip dari CNN.

Baca: Jumlah Kematian Terus Bertambah, WHO: Benua Amerika Adalah Episentrum Baru Covid-19

Baca: Setelah Eropa dan AS, Pakar Ingatkan Asia Tenggara Berpotensi Jadi Episentrum Baru Pandemi Covid-19

Puncak kedua pandemi Covid-19 tidak akan terungkap dengan rapi atau bertahap seperti gelombang.

Puncak baru akan berarti lonjakan mendadak dalam kasus-kasus, yang dapat membebani sistem perawatan kesehatan lagi dan mungkin menyebabkan lebih banyak kematian.

Puncak kedua bisa lebih buruk dari yang pertama.

Hasil riset secara teoritis dari SUTD terkait berakhirnya pandemi corona di Indonesia yang diperkirakan akan berakhir pada Oktober 2020 dengan deviasi 14,9 hari. (SUTD)

Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai apa itu puncak kedua pandemi virus corona (Covid-19).

 

Seperti apa puncak kedua pandemi Covid-19 itu?

Dilansir oleh CNN, dalam skenario puncak kedua, kasus-kasus virus corona akan meningkat tajam dan cepat hingga mencapai puncak baru, kemungkinan setelah periode ketika tingkat infeksi tetap cukup stabil.

Pada gelombang kedua, infeksi dapat terungkap lebih lambat dan berdampak pada berbagai wilayah dunia pada waktu yang berbeda.

Tetapi dalam kedua skenario puncak kedua dan di mana kita "meratakan kurva," jumlah orang yang sama dapat terinfeksi. Ini waktu yang diperhitungkan.

Orang-orang yang memakai masker pelindung saat berjalan di distrik Kwun Tong Hong Kong pada 23 Januari. (Bloomberg via SCMP) (Bloomberg via SCMP)

Puncak kedua akan berarti bahwa lebih banyak orang terinfeksi virus corona pada saat yang sama, dan selama musim flu, yang akan membebani sistem perawatan kesehatan.

Puncak baru ini lah yang dikhawatirkan membebani sistem perawatan kesehatan dan berpotensi menyebabkan lebih banyak kematian.

"Saat lebih banyak rumah sakit dan petugas medis yang kewalahan menghadapi wabah ini, peluang kematian yang sebenarnya bisa diantisipasi jadi melonjak," jelas Dr. Gabe Kelen, ahli infeksi emerging dari Johns Hopkins University.

Ia menyampaikan, langkah konkret untuk mengantisipasi puncak kedua pandemi corona adalah meratakan kurva Covid-19 agar orang yang sakit bisa dikelola dengan baik.

Baca: Total Pasien Sembuh Capai 2,4 Juta, Inilah Update Covid-19 di Seluruh Dunia 29 Mei 2020

Kenapa puncak kedua pandemi Covid-19 berbahaya?

Seperti yang dikatakan Kelen, pada puncak kedua tersebut akan terjadi lompatan besar dalam jumlah kematian yang sebenarnya dapat dicegah, dan itu bukan hanya pada pasien Covid-19.

Orang dengan penyakit seperti kanker dan diabetes yang secara teratur bergantung pada rumah sakit untuk perawatan mungkin menemukan perawatan kesehatan mereka tertunda, yang dapat mengancam kesehatan mereka.

Dan jika rumah sakit kewalahan oleh pasien virus corona, fasilitas mungkin memiliki lebih sedikit ruang untuk pasien darurat yang tiba-tiba terluka atau sakit.

Halaman
123


Penulis: Amy Happy Setyawan
Editor: Archieva Prisyta

Berita Populer