Kabar tentang adanya penerapan new normal di berbagai wilayah di Indonesia semakin gencar.
Pemerintah merencanakan penerapan new normal tersebut kepada beberapa daerah di Indonesia mulai 1 Juni 2020.
Salah satu yang banyak disorot adalah tentang penerapan new normal untuk jadwal masuk sekolah.
Rencana pemerintah yang akan membuka kembali sekolah di saat pandemi Covid-19 belum reda ternyata mendapat pertentangan banyak pihak.
Di antaranya adalah tanggapan dari para guru.
Banyak para guru yang tidak setuju dengan rencana pembukaan sekolah di tengah pandemi virus corona ini.
Baca: Serikat Guru Minta Tak Geser Tahun Ajaran Baru, Lebih Pilih Perpanjangan Pembelajaran Jarak Jauh
Baca: Bulan Juli Siswa Kembali Masuk Sekolah, Berikut Panduan bagi Murid dan Guru Cegah Penularan Covid-19
Kini giliran Ikatan Guru Indonesia atau IGI juga angkat bicara.
IGI juga tak setuju jika jadwal masuk sekolah tahun ajaran baru 2020/2021 dilaksanakan pada bulan Juli 2020.
Bukan tanpa alasan, IGI menolak hal tersebut karena berbagai pertimbangan.
Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia ( IGI), Muhammad Ramli Rahim membeberkan 9 alasan terkait jadwal masuk sekolah tahun ajaran baru 2020/2021.
Sikap IGI tersebut disampaikan dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com.
"Mengapa? Pertama, memberikan kepastian tahun ajaran baru bergeser ke Januari akan membuat dunia pendidikan memiliki langkah-langkah yang jelas terutama terkait minimnya jumlah guru yang memiliki kemampuan tinggi dalam menjalankan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Online," kata Ramli.
Dengan menggeser tahun ajaran baru, Ramli menyebutkan Kemendikbud bisa fokus meningkatkan kompetensi guru selama 6 bulan.
Dengan demikian, di bulan Januari para guru sudah bisa menyelenggarakan PJJ berkualitas dan menyenangkan jika ternyata covid-19 belum tuntas.
"Kedua, menggeser tahun ajaran baru menghindarkan siswa dan orang tua dari stress berkepanjangan," lanjutnya.
Siswa dan orangtua bisa terancam stress jika tahun ajaran baru tak digeser.
Hal itu bisa terjadi karena orangtua yang stress memikirkan anaknya pergi sekolah dengan risiko terancam tertular covid-19.
"Ketiga, menggeser tahun ajaran baru menghindarkan siswa dari penularan covid-19," ujar Ramli.
Keempat, portal layanan pendidikan tak mampu menggantikan guru.