Ia mengatakan kasus virus corona yang berada di wilayah timur laut berbeda dengan virus yang menyerang Wuhan.
Menurutnya, virus yang berada di wilayah itu telah berubah dengan cara yang tidak diketahui.
Perubahan itu telah mempersulit upaya untuk memberantasnya, seperti diberitakan The Japan Times, Rabu (20/5/2020).
Masa infeksi virus pada pasien di utara Provinsi Jilin dan Heilongjiang lebih lama.
"Periode yang lebih lama di mana pasien yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala telah menciptakan kelompok infeksi keluarga," kata Qiu, yang sebelumnya dikirim ke Wuhan untuk menangani wabah.
Para ilmuwan masih belum sepenuhnya memahami apakah virus ini berubah secara signifikan atau tidak.
Baca: Bukan Wuhan China atau Amerika Serikat, Ahli Prediksi Tempat Ini Jadi Sarang Corona Terbesar Dunia
Perbedaan yang dilihat dokter Tiongkok mungkin saja disebabkan oleh fakta bahwa mereka dapat mengamati pasien secara lebih menyeluruh.
Berbeda ketika wabah pertama kali muncul, di mana sistem perawatan kesehatan setempat begitu kewalahan sehingga hanya kasus yang paling serius yang ditangani.
Cluster timur laut juga jauh lebih kecil dari wabah Hubei, yang akhirnya membuat lebih dari 68.000 orang sakit.
Namun, bagaimanapun juga, temuan ini akan menghambat upaya pemerintah untuk menangani penyebaran virus.
Memang beberapa waktu yang lalu telah muncul isu mengenai mutasi virus corona.
Namun isu ini dikritik oleh berbagai pihak.
"Secara teori, beberapa perubahan dalam struktur genetik dapat menyebabkan perubahan dalam struktur virus atau bagaimana virus berperilaku," kata Keiji Fukuda, direktur dan profesor klinis di School of Public Health University of Hong Kong.
"Namun, banyak mutasi menyebabkan tidak ada perubahan sama sekali."
Meski melihat perbedaan, Keiji mengatakan belum tentu hasil pengamatan dokter China adalah bentuk dari mutasi virus.
"bukti yang sangat jelas diperlukan sebelum menyimpulkan bahwa virus tersebut bermutasi," katanya.
Kritik Amerika Serikat
Baca: Trump Berikan Ultimatum ke WHO dan Mengancam Akan Hentikan Pendanaan secara Permanen
Di waktu yang sama, China terus mendapat kritikan tajam dari Presiden AS Donald Trump.
Donald Trump mengatakan China harus menerima 'konsekuensi' jika menyadarai tanggung jawabnya untuk urusan pandemi Covid-19, seperti diberitakan South China Morning Post.