Demo di Tengah Pandemi Covid-19, Tiga Petugas Medis di Prancis Ditangkap, 50 Orang Didenda Rp 2 Juta

Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: Melia Istighfaroh
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petugas medis di Prancis demo kenaikan gaji di tengah pandemi

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Petugas medis di Prancis lakukan demo, tuntut pemerintah tambah dana untuk rumah sakit.

Lebih dari 400 dokter, perawat, dan staf, menyampaikan aspirasi mereka dengan mengenakan scrub, serta memukul nampan dan wajan, seperti diberitakan BBC.com, Jumat (22/5/2020).

Akibat aksi ini petugas menangkap tiga orang.

Sementara itu, 50 lainnya didenda sebesar 135 Euro atau sekitar Rp 2,1 Juta (Kurs 1 Euro = Rp 16.099,56).

Tampak para demonstran berkerumun dan mengabaikan aturan jaga jarak fisik.

Sebuah rekaman yang beredar di media sosial menunjukkan kerumunan pendemo berada di sekitar rumah sakit.

RS Robert Debre sendiri memang diberitakan telah mengalami masalah keuangan sebelum ada wabah virus corona.

Adanya pandemi justru memperparah pendanaan rumah sakit tersebut.

Karenanya para petugas medis menuntut kenaikan gaji dan kondisi kerja yang lebih baik lagi untuk petugas.

Kasus Serupa juga Terjadi di Indonesia

Aksi protes petugas medis di tengah pandemi Covid-19 juga terjadi di Indonesia.

Tenaga medis di RSUD Ogan Ilir, Sumatera Selatan melakukan mogok kerja sebagai aksi protes.

Buntut panjang aksi ini, Bupati Ogan Ilir Ilyas Panji Alam memecat setidaknya 109 tenaga medi, seperti diberitakan Kompas.com, Jumat (22/5/2020)s.

Beberapa di antaranya adalah 14 dokter spesialis, delapan dokter umum, 33 perawat berstatus aparatur sipil negara (ASN), dan 11 tenaga honorer.

Perwakilan tenaga medis RSUD Ogan Ilir yang mogok kerja sejak Jumat (15/05/2020) diterima anggota komisi IV DPRD Ogan Ilir, Senin (18/5/2020). Mereka pun mengadukan alasan mereka mogok kerja ke DPRD. (KOMPAS.com/AMRIZA NURSATRIA HUTAGALUNG)

Baca: Viral Video Perawat Rumah Sakit Royal Surabaya Hamil 4 Bulan Meninggal Akibat Covid-19

Sebelumnya, para pekerja medis yang protes ini mengeluhkan ketersediaan APD, serta ketidakjelasan intensif dari Pemkab.

Selain itu, masalah tidak adanya rumah singgah bagi petugas penanganan Covid-19 serta gaji yang hanya Rp 750 ribu perbulan juga menjadi permasalahan," kata seorang sumber yang tak mau disebutkan namanya kepada Kompas.com.

“Tenaga paramedis tidak mau melaksanakan perintah pihak rumah sakit karena tidak ada surat tugas, selain itu tidak ada kejelasan soal insentif bagi mereka."

"Mereka hanya menerima honor bulanan sebesar Rp 750 ribu, sementara mereka diminta juga menangani warga yang positif Covid-19,” 

Mendengar aksi mogok kerja ini, DPRD Ogan Ilir langsung turun tangan.

DPRD mendesak bupati untuk mengevaluasi manajemen RS.

Para tenaga kesehatan honorer saat hendak pulang ke RSUD Ogan Ilir, usai mendatangi gedung DPRD Ogan Ilir menyampaikan aspirasi mereka. (Resha AM/Sriwijaya Post)

Baca: Video Pasien Dikeluarkan Paksa oleh RSUD Ogan Ilir Beredar di Facebook, Direktur RS Beri Keterangan

Halaman
12


Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: Melia Istighfaroh
BERITA TERKAIT

Berita Populer