WHO Sebut Vaksin Didistribusikan 2021, LIPI Rekomendasikan Cara Bertahan di Pandemi Covid-19

Penulis: Putradi Pamungkas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto Angkatan Darat AS pada 8 Maret 2020 menunjukkan seorang karyawan USAMRIID (Institut Penelitian Medis Angkatan Darat Amerika Serikat) sedang melakukan penelitian terhadap virus coronavirus baru, COVID-19

TRIBUNNEWSWIKI.COM - LIPI beri rekomendasi untuk beradaptasi dengan situasi pandemi Covid-19, sembari menunggu vaksin.

Berdamai dengan Covid-19, marak didengungkan berbagai pihak.

Pasalnya belum dapat diketahui pastinya kapan pandemi yang melanda hampir seluruh negara di dunia ini akan berakhir.

Berdasarkan data global hingga Rabu (20/5/2020) pagi, ada 213 negara yang sudah terjangkit Covid-19, rinciannya total infeksi 4.985.825 kasus.

Sementara du Indonesia, hingga Selasa (19/5/2020), jumlah kasus terkonfirmasi adalah 18.496, sejak kasus pertama Covid-19 di Tanah Air, yakni 2 Maret 2020.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun telah mengeluarkan keterangan bahwa kemungkinan besar vaksin dapat didistribusikan secara massal kepada masyarakat pada akhir tahun 2021.

Ilustrasi vaksin virus corona (Fresh Daily)

Dengan demikian, butuh waktu sekitar 1,5 tahun hingga vaksin benar-benar tersedia dan dapat digunakan untuk mencegah paparan virus corona SARS-CoV-2.

Baca: Kisah Nyeleneh Penjemputan Pasien Positif Corona, Main Petak Umpet hingga Merasa Dizalimi

Baca: Studi Terbaru: Sel T yang Ditemukan Sebelum Pandemi Diklaim Bisa Membantu Melawan Virus Corona

Melihat kondisi ini, Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Laksana Tri Handoko, menyebutkan pentingnya melakukan mitigasi berbasis data untuk dapat bertahan dan beradaptasi dengan Covid-19 ini.

"Sampai vaksin ditemukan dan imunisasi massal dilakukan, adaptasi masyarakat dengan Covid-19 harus melalui mitigasi yang terkontrol dan berbasis data," kata Handoko.

Berikut 6 rekomendasi LIPI agar kita bisa hidup berdamai dan beradaptasi dengan Covid-19.

1. Kontrol dan mitigasi terukur

Menurut Handoko, kontrol dan mitigasi yang terukur ini dapat berperan untuk menyeimbangkan dilakukannya pengaktifan kembali aktivitas ekonomi masyarakat.

Dalam hal ini, kata dia, mitigasi yang bisa dilakukan bisa berfokus pada skrining massal di simpul mobilitas publik berbasis Rapid Diagnostic Test (RDT) dan uji Polymerase Chain Reaction (PCR) di lokasi kerumunan permanen seperti di rumah sakit, sekolah, kampus dan perkantoran serta industri.

2. Data akurat PDP dan ODP

Sebagai bentuk mitigasi beradaptasi dengan Covid-19 ini, Handoko menyebutkan bahwa penanganan Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) memerlukan data yang akurat, masif, dan terukur.

"Pasien positif dan keluarganya dikenakan masa isolasi dan karantina. Untuk pasien positif dari masyarakat berpenghasilan rendah, keluarganya ditetapkan sebagai penerima bantuan sosial," ujar dia.

Selain itu juga diperlukan disinfeksi menyeluruh di lokasi dengan kasus konfirmasi positif Covid-19 berdasarkan tes laboratorium atau PCR.

3. Perketat protokol penanganan Covid-19

Jumlah kasus konfirmasi positif terinfeksi Covid-19 semakin meningkat, dan tidak ada yang tahu pasti kapan berakhir.

Oleh sebab itu, kata Handoko, pengetatan pelaksanaan protokol utama penanganan Covid-19 masih perlu dilakukan.

Halaman
12


Penulis: Putradi Pamungkas
BERITA TERKAIT

Berita Populer