Ultimatumnya tersebut juga mencuat di tengah makin menjamurnya klaim dan pernyataan yang agresif dari anggota parlemen senior dan gubernur dari partai Republik yang menuntut adanya tuntutan hukum dan sanksi terhadap China terkait penanganannya terhadap virus corona.
Deretan pejabat AS pun melayangkan ide supaya negara tersebut menerapkan tarif hukuman yang baru pada produk impor China.
Kemudian, mereka meminta AS untuk mempertimbangkan hukuman bagi negara itu sebab penyebaran pandemi Covid-19, dengan tidak membayar kembali sebagian dari utang multi-triliun dolar ke China.
Menjawab tuduhan dan ancaman AS, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) China juga mengecam anggota parlemen AS mengenai pembahasan Rancangan Undang-undang (RUU) sanksi untuk mereka pada Rabu lalu.
China juga menuduh Amerika berusaha untuk memulai penyelidikan dengan 'anggapan bersalah' terhadap China.
Tidak hanya itu, China menilai kebijakan yang diambil AS saat ini hanya untuk mengalihkan tanggung jawab mereka atas kegagalan dalam perang melawan pandemi Covid-19 ini.
Surat kabar Global Times China memberitakan pada Kamis waktu setempat jika negara tersebut mungkin akan mengambil tindakan tegas untuk anggota parlemen AS yang mempromosikan RUU sanksi terhadap China.
Pernyataan 'saling lempar' yang kian gencar antara AS dan China ini muncul di tengah kelanjutan terjadinya penurunan ekonomi secara global setelah meluasnyawabah virus corona.
Pandemi ini memang sudah menyebar pada hampir tiap negara dan wilayah di belahan bumi lainnya.
Bahkan pandemi global ini menyebabkan hampir 300.000 kasus kematian selama empat bulan terakhir.