Dilansir oleh Tribunnewswiki dari Worldometers, kasus Covid-19 telah sampai di angka 3.137.761 di seluruh dunia per Rabu (29/4).
Jumlah pasien dinyatakan sembuh sebanyak 955.692 orang dan kasus kematian akibat Covid-19 sebanyak 217.948.
Di samping itu, berdasarkan dari data global mengungkap bahwa pria lebih rentan terjangkit virus corona.
Sejak awal pandemi virus corona ditemukan di China, jumlah pria di seluruh dunia yang perlu perawatan medis intensif dan meninggal lebih banyak dibandingkan wanita.
Baca: Ramadan di Tengah Corona, Lion Air Grup Akan Beroperasi untuk Layani Penumpang dengan Izin Khusus
Baca: Ayahnya Baru Saja Meninggal akibat Corona, Seorang Pekerja RS di Inggris Dibunuh Kelompok Bersenjata
Di Indonesia, data yang baru saja di publis oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga mengungkap hal serupa.
Menurut informasi dari laman resmi BNPB, per 23 April 2020 ada sebanyak 3.966 orang laki-laki positif virus corona.
Sedangkan jumlah wanita dinyatakan positif virus corona berjumlah 2.489.
Kecenderungan ini mungkin terkait dengan tingginya prevelansi kondisi jantung dan paru-paru pada pria.
Kebanyakan pria memiliki kebiasaan merokok, mengonsumsi alkohol, dan terpapar polusi udara luar ruangan dengan tingkat lebih tinggi dibanding wanita yang pada akhirnya memengaruhi kondisi jantung dan paru-paru mereka.
Akan tetapi, di samping faktor di atas, ada cukup bukti yang mengungkap jika sistem kekebalan tubuh wanita pada dasarnya jauh lebih kuat dibanding pria.
Profesor kesehatan masyarakat global University College London, Sarah Hawkes mengungkapkan hal tersebut.
Dibandingkan pria, wanita memproduksi hormon seks estrogen dan progesteron lebih banyak.
Kedua hormon tersebut membantu wanita mempunyai sistem kekebalan tubuh lebih kuat dan memberi perlawanan khusus ketika ada infeksi berbahaya yang menyerang tubuh.
Berdasarkan pemikiran tersebut, para ilmuwan di Cedars-Sinai Medical Center di Los Angeles dan Renaissance School of Medicine di Stony Brook University berencana memberi pengobatan ke sejumlah pasien terinfeksi virus corona dengan hormon estrogen dan progesteron.
Mereka mau melihat apakah terapi hormon dapat memberi manfaat pada pasien atau tidak.
"Kita mungkin tidak mengerti persis bagaimana estrogen bekerja untuk menetralkan Covid-19, tapi mungkin kita bisa melihat bagaimana efeknya pada pasien," jelas Dr. Sharon Nachman, peneliti utama studi dari Univerity Stony Brook, dilansir Live Science, Selasa (28/4/2020).
Uji coba akan melibatkan 110 pasien dengan kasus Covid-19 yang sudah terkonfirmasi ataupun orang yang menunjukkan setidaknya satu gejala serius.
Seluruh pria berusia 18 tahun maupun lebih, dan wanita berusia 55 tahun atau lebih bisa mengikuti uji coba ini.