"Saat ini, kita sedang menghadapi krisis kemanusiaan akibat lockdown dan timbulnya tantangan ekonomi, (aksi tersebut) hanya akan memperburuk perekonomian nasional lebih lanjut," katanya.
Baca: Rata-Rata Infeksi COVID-19 di New York Menurun, Gubernur Andew Cuomo: Hal Terburuk Telah Berakhir
"Ini adalah perjuangan bagi banyak orang (di Afrika Selatan) untuk bisa makan," imbuhnya.
Fritz menambahkan bahwa pemerintah provinsi telah mengambil sejumlah kebijakan untuk mengirim sebanyak mungkin bantuan.
"Aku harus jelaskan di sini, bahwa tidak ada toleransi untuk aksi penjarahan," tegasnya.
Sementara itu, tiga orang telah ditangkap menyusul protes sporadis yang terjadi di daerah Tafelsig.
"Kerumunan besar massa turun ke jalan sebagai bentuk protes atas tak tersalurkannya paket makanan ke beberapa komunitas warga di Mitchells Plain. Ban dibakar, jalan dibarikade dan polisi dilempari batu, " kata Potelwa.
Baca: EKSKLUSIF, Curahan Hati Waria Lansia Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) saat Pandemi COVID-19
Potelwa memperingatkan warga lainnya untuk tidak ikut serta dalam aksi yang berpotensi melanggar tindak pidana tersebut.
"Polisi sepenuhnya tak akan ragu untuk mengambil tindakan tegas bagi mereka yang melanggar hukum. Pasukan kami akan tetap berada di lokasi kejadian sampai berhasil memulihkan ketenangan," imbuhnya.
Terjadi bentrokan antara warga dan polisi saat diberlakukannya lockdown di Afrika Selatan.
Bentrokan yang terjadi Selasa, (14/4/2020) ini melibatkan ratusan orang warga yang bertempur dengan polisi.
Ratusan warga yang dilaporkan marah dan lapar ini melempari batu dan membuat barikade dengan membakar ban di sepanjang jalan Mitchells Plain, kota Cape Town, Afrika Selatan.
Merespons aksi tersebut, kepolisian Afrika Selatan menembakkan peluru karet dan gas air mata yang mengenai sejumlah demonstran.
Sebab turunnya ratusan warga di jalanan dilaporkan karena tidak terkirimnya paket bantuan makanan.
"Kami punya anak kecil. Kami ingin makan. Mereka juga harus makan," kata seorang ibu, warga Afrika Selatan, Nazile Bobbs.
"Mereka bilang kita akan mendapatkan paket makanan, mana buktinya? Sampai kapan kita terus di-lockdown?" ucapnya marah.
Perlu diketahui, Afrika Selatan saat ini sedang menerapkan lockdown selama 5 minggu untuk menahan penyebaran COVID-19.
Adapun kasus infeksi di Afrika Selatan sudah tembus angka 2.400 orang.
Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa sebelumnya berjanji untuk menyediakan kebutuhan pokok bagi warganya.
Kebutuhan yang dimaksud seperti air mineral dan makanan untuk kalangan menengah ke bawah.