Di sebuah bekas gereja, ada 120 meja restoran di sela-sela kolom menjulang dari lantai ke langit-langit.
Denyut kehidupan di restoran itu adalah sebuah dapur yang letaknya ada di belakang.
Namun, tempat itu kini kosong.
Yang ada di sana hanyalah sekelompok relawan.
Mereka menyajikan sup hangat, roti lapis, kue dan roti dari meja-meja di lapangan parkir.
Pada malam hari, ada makanan hangat dari mobil jasa boga.
Inilah yang terjadi seiring penyebaran virus corona di Inggris.
Ada upaya untuk tetap menyediakan makanan bagi mereka yang paling membutuhkan sembari mengurangi risiko penyebaran.
Sebab, banyak dapur umum penyedia sup di daerah setempat, yang biasanya dikelola gereja, sudah tutup.
Dikutip dari BBC Indonesia, The People's Kitchen memperkirakan mereka telah kehilangan 30 persen relawan dan mereka yang berusia di atas 70 tahun dengan berat hati dipaksa tinggal di rumah.
Baca: Fatwa MUI Soal Pedoman Shalat Tenaga Kesehatan yang Pakai APD, Boleh Tak Bersuci Bila Terdesak
Baca: Alasan Anne Avantie Bikin Baju APD Petugas Medis, Ada Andil Sang Ibunda yang Sembuh dari Kanker
Seorang perempuan, Sophie, yang biasanya tidur sembarangan di gerbang sebuah toko menggambarkan bahwa layanan seperti ini adalah penyambung hidupnya setiap hari.
"Saya benar-benar takut," katanya.
"Tak banyak penginapan yang mau menampung orang karena virus ini.
Dan saya tak ada tempat untuk tidur malam ini.
Saya tak punya keluarga untuk saya andalkan.
"Saya rela ditempatkan di mana pun, bahkan di reruntuhan gedung."
"Kalau The People's Kitchen ini tutup, saya tak tahu bisa apa saya."
Sophie diberi tisu bayi oleh para relawan untuk tetap menjaga kebersihan di siang hari.
Terkadang bisa juga mandi, sekalipun layanan ini terbatas.