Dilansir oleh Worldmeter pada 23 Maret 2020 lebih dari 59.100 orang di Italia terinfeksi virus corona.
Sementara itu, jumlah pasien meninggal adalah 5.476 kasus.
Bahkan, Italia mencetak rekor tertinggi dengan 627 kasus kematian dalam 24 jam.
Kasus tersebut tentunya melebihi China yang merupakan negara pertama yang terjangkit Covid-19 ini.
China sendiri memiliki jumlah orang terinfeksi dua kali lipat, yakni 81.093 kasus.
Namun, jumlah kematiannya 3.270 kasus.
Baca: Lawan Virus Corona, McDonalds Tutup Seluruh Gerainya di Inggris dan Irlandia
Baca: Dukung Pemerintah Perangi Corona, Surya Paloh Pinjami 188 Kamar Hotel Mewah untuk Tenaga Medis
Hal ini berarti angka kematian di Italia mencapai 8 persen, dibandingkan China yang hanya 4 persen.
Sementara itu, Indonesia juga memiliki tingkat angka kematian yang tinggi.
Per 22 Maret 2020 pukul 15.52 WIB, terdapat 514 kasus konfirmasi dengan jumlah kematian 48 kasus dan 29 kasus sembuh.
Sebanyak 437 kasus berada dalam perawatan.
Mengutip dari Kompas.com, Prof Walter Ricciardi, juru bicara Menteri Kesehatan Italia, mengatakan bahwa tingginya angka kematian di negara tersebut disebabkan oleh demografinya.
Italia merupakan negara yang memiliki populasi manula terbanyak kedua di dunia.
“Usia pasien yang meninggal di rumah sakit mayoritas adalah manula, dengan rata-rata usia 67 tahun,” tutur Ricciardi, dikutip dari Telegraph, Senin (23/3/2020).
Sebuah studi yang dilakukan oleh JAMA Network baru-baru ini menyebutkan bahwa hampir 40 persen infeksi dan 87 persen kematian di Italia terjadi pada pasien dengan usia lebih dari 70 tahun.
Kemudian, tingginya populasi manula berpengaruh terhadap terbatasnya fasilitas di rumah sakit yang tersebar di negara tersebut.
Pasien yang berusia lanjut memiliki kebutuhan untuk fasilitas yang memadai dan lengkap.
Jaringan rumah sakit di Italia kewalahan menghadapi hal ini.
Selain itu, Ricciardi juga menyebutkan bahwa tingginya mortality rate di Italia disebabkan oleh cara dokter atau petugas medis menghitung angka kematian.