Wabah Virus Corona Buat Hong Kong Kekurangan Stok Peti Mati, Permintaan Setiap Harinya Sangat Tinggi

Penulis: Niken Nining Aninsi
Editor: Archieva Prisyta
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi peti mati

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Wabah virus Corona meluas dan korban selalu berjatuhan bertambah setiap harinya.

Melansir Kompas.com yang mengutip data real time John Hopkins University, jumlah kematian dari seluruh kasus yang terjadi di dunia telah mencapai 2.469 kasus, Selasa (25/2/2020).

Jumlah tersebut berasal dari 34 negara yang salah satunya adalah Hong Kong, yang mana ada 2 kematian di negara tersebut.

Sementara jumlah kematian terbanyak yaitu di Hubei, Provinsi di Tiongkok yang disebut tempat virus ini berasal.

Menjadi salah satu negara yang harus menghadapi serangan virus corona, baru-baru ini diketahui Hong Kong harus menghadapi masalah lain.

Negara tersebut kini tengah menghadapi kekurangan peti mati. Padahal kebutuhan per harinya cukup tinggi.

Kekurangan yang terjadi diakibatkan oleh sempat dihentikannya produksi peti mati akibat kekacauan wabah virus corona.

Baca: Sudah Berjuang Mati-Matian Rawat Pasien Virus Corona, Kini 3.000 Tim Medis di China Malah Terinfeksi

Melansir Asiaone.com, pabrik-pabrik di Provinsi Guangdong sebelumnya diperintahkan untuk tutup hingga 10 Februari untuk mengatasi penyebaran virus corona yang sangat menular.

Sehingga kini Hong Kong menghadapi kekurangan peti mati setelah pabrik pemasok terbesarnya tak melakukan produksi.

Pihak bisnis pemakaman di Hong Kong pun mengungkapkan keluhannya.

Ketua Asosiasi Bisnis Pemakaman di Hong Kong, Kwok Hoi-pong, mengatakan kepada Post, bahwa larangan sementara itu juga mencakup pengiriman 'peti mati jadi' ke Hong Kong.

Petugas kesehatan yang mengenakan alat pelindung ikut serta dalam latihan dalam menangani pasien Covid-19, di Rumah Sakit Sanglah di Denpasar, Bali, pada 12 Februari 2020. (AFP)

Menurutnya, Provinsi Guangdong sendiri menyumbang 99 persen peti mati yang digunakan di kota itu.

Sementara permintaan mereka berkisar antara 120 hingga 140 peti mati per harinya.

"Asosiasi kami bertemu pada 1 Februari dan menyadari bahwa kami kehabisan stok," katanya.

Bahkan, kondisi tersebut bisa menjadi lebih buruk lagi jika pabrik peti mati terus menerut tidak melakukan produksi.

"Dalam skenario terburuk, stok bisa mengering dalam waktu seminggu," katanya.

Untuk itu, mereka meminta bantuan pemerintah Hong Kong.

"Kami sangat putus asa, bahwa kami mengetik surat saat pertemuan kami berlangsung, dan mengirim faks ke departemen pemerintah terkait sebelum akhir pertemuan," katanya.

Kwok mengatakan krisis itu mereda beberapa hari setelah pemerintah mengangkat masalah tersebut dengan Dewan Negara Hong Kong dan Kantor Urusan Makau dan otoritas Guangdong.

"Pemasok kami di Guangdong diizinkan mengirim stok mereka ke Hong Kong," katanya.

Halaman
12


Penulis: Niken Nining Aninsi
Editor: Archieva Prisyta

Berita Populer