Keinginan anggota parlemen Partai Bersatu untuk mempertahankan Dr Mahathir menguat setelah PM Malaysia ini mengajukan surat pengunduran dirinya sebagai kepala pemerintahan.
Dr Mahathir juga menyatakan mundur dari pimpinan Partai Bersatu.
Surat pengunduran dirinya diserahkan kepada Raja Malaysia, Sultan Abdullah.
Sudah menjadi hal umum kabar kemunduran Dr Mahathir setelah sebelumnya pria 94 tahun ini pernah menyebut akan menyerahkan kekuasaannya segera.
Namun, pada pekan lalu, Mahathir menyebut akan melanjutkan kekuasaannya sampai penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) di Malaysia.
Tentu publik Malaysia dan Dunia bertanya-tanya ihwal dinamika politik di Malaysia yang membuat Mahathir mengirim surat pengundurannya lebih cepat.
Baca: Sebut Suku Melayu Tetap Miskin karena Tak Mau Bekerja Keras, Mahathir Dikritik Oposisi
Sebelumnya, sejumlah partai politik di Malaysia mengadakan pertemuan khusus yang berpuncak audiensi dengan Raja Malaysia dalam acara makan malam di sebuah hotel di Petaling Jaya, pada Minggu (23/2).
Anwar Ibrahim, pimpinan Partai Keadilan Rakyat (PKR) menyebut dirinya dikhianati oleh sejumlah anggota parlemen koalisi Pakatan Harapan.
“Saya jujur sangat kaget dengan dinamika politik yang sedang terjadi.
Ini adalah pengkhianatan karena jelas sudah ada janji Mahathir akan menyerahkan kekuasaan ke saya,” tutur Anwar di kediamannya, Minggu malam (23/2/2020) dikutip dari Malaysia Kini.
Ucapan bahwa telah dikhianati ini merujuk pada janji Mahathir Mohamad yang akan menyerahkan kursi kepadanya setelah dua tahun menjabat.
Anwar melanjutkan walau kaget, dia sudah mengetahui upaya untuk menjegalnya menjadi orang nomor satu Negeri “Jiran”.
Sebelumnya, Mahathir bersama koalisi Pakatan Harapan pernah menjanjikan akan memberikan pimpinan pemerintahan kepada Anwar Ibrahim usai keduanya bersatu melawan Najib Rajak.
Anwar rela menunggu selama 22 tahun sejak dia dipecat oleh Perdana Menteri Mahathir Mohamad dan dipenjara karena tuduhan korupsi dan sodomi pada tahun 1998.
Anwar juga dikabarkan sempat mendekam dua kali di penjara karena kasus sodomi.
Ia berkali-kali berhasil melakukan comeback politik dengan memimpin gerakan oposisi.
Terakhir dia menerima grasi dari Raja Malaysia setelah kemenangan mengejutkan Pakatan pada pemilu Mei 2018.