Dilansir TribunJatim.com dari kanal YouTube South China Morning Post, 6 Februari 2020, seorang bapak pekerja di bagian sanitasi (68) ini tiba-tiba meletakkan kertas beserta uang sebesar 16,000 yuan atau setara 1,710 US dollar.
Kertas tersebut ternyata merupakan sebuah surat lengkap dengan uang yang ia letakkan di kantor polisi.
Tujuan sang bapak itu adalah ternyata sebagai bentuk rasa terimakasihnya kepada para petugas di barisan depan untuk melawan virus Corona.
Secarik kertas tersebut berisi tulisan sebagai berikut:
"Mendesak, tolong kirimkan uang ini ke pusat kota Wuhan di bagian pekerja yang sedang menangani kasus virus Corona, sebagai bentuk untuk menyemangati pekerja disana, dan rasa terimakasih saya karena keberanian mereka, anggaplah ini sebagai bentuk apresiasi saya untuk mereka semua," isi surat tersebut.
Surat itu berasal dari bapak pekerja di bagian sanitasi di wilayah Donggang.
Seusai meletakkan surat dan uang itu di kantor polisi, bapak pekerja tersebut lalu meninggalkan kantor polisi.
Setelah ditelusuri, ternyata bapak tadi dalam sebulan hanya berpendapatan 600 yuan atau setara 85 US dollar per bulannya.
Namun, saat ia mendengar kabar tentang para pekerja untuk virus Corona, ia memutuskan untuk mendonasikan penghasilannya.
Bapak pekerja itu tidak sendiri, seorang 'pahlawan' lain yang serupa datang dari seorang siswa laki-laki yang meninggalkan surat dan uang sebesar 1,000 yuan atau setara 140 US dollar di rumah sakit.
Tidak hanya itu, sebelum meninggalkan rumah sakit, siswa laki-laki tersebut memberikan penghormatan sebagai bentuk apresiasinya kepada petugas.
Virus corona kini menjadi pusat perhtian dunia.
Hingga berita ini diturunkan, virus mematikan ini telah memakan korban sebanyak 1873 orang dengan total 73,433 kasus.
Namun, di samping itu banyak pula yang telah pulih dan berhasil melawan virus ini, yakni sekitar 12.677 orang.
Presiden Xi Jinping menggelar pertemuan dengan staf medis dan pasien di Beijing pada Senin (10/2/2020).
Dalam pertemuan itu, Xi yang menyebut patogen itu sebagai 'Iblis' menyatakan perlunya kebijakan lebih kuat untuk mencegah penyebaran.
Dari kantor Badan Kesehatan Dunia (WHO), sebuah tim pakar diberangkatkan dan mendarat di Beijing pada Senin malam waktu setempat.
Tim tersebut dipimpin Dr Bruce Aylward.
Dia adalah dokter veteran yang memimpin tim respons pada 2014-2016 saat wabah Ebola di Afrika Barat.